JAKARTA – Indonesia diyatakan memiliki cadangan energi panas bumi mencapai 23,9 gigawatt (GW) dan baru terealisasi produksi listrik hingga Mei 2020 sebesar 8,17% atau 6.494 gigawatt hour (GWh). Laode Sulaiman, Kepala Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Ketenagalistrikan, Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (PPSDM KEBTKE), mengatakan dengan potensi yang besar, maka Indonesia harus bisa memanfaatkan panas bumi, tidak hanya sebagai sumber energi pembangkit listrik, namun juga untuk kegiatan perekonomian masyarakat.

“Ke depan Indonesia harus bisa memanfaatkan secara luas potensi panas bumi, bukan saja sebagai sumber energi pembangkit tenaga listrik namun juga pemanfaatan langsung untuk kegiatan perekonomian masyarakat,” kata Laode dalam diskusi virtual Overiew of Geothermal Energy, pekan lalu.

Tim Anderson, President Director of Jacobs Indonesia, menekankan energi panas bumi diharapkan mampu mendongkrak realisasi bauran energi dari energi baru dan terbarukan sebesar 23% pada tahun 2025 nanti. Selain pemanfaatannya yang tidak bergantung kepada bahan bakar, panas bumi juga bersifat ramah lingkungan serta berperan penting dalam kontribusi pengembangan infrastruktur daerah dan perekonomian di wilayah sekitar.

Menurut Anderson, panas bumi yang merupakan energi ramah lingkungan, juga diharap mampu berperan penting dalam usaha mengurangi gas rumah kaca di Indonesia. Di samping menghasilkan listrik, energi geotermal juga bisa digunakan untuk pompa pemanas, alat mandi, pemanas ruangan, rumah kaca untuk tanaman, dan proses-proses industri.

Anderson menjelaskan bahwa hanya panas bumi yang bersuhu sekitar 225 derajat Fahrenheit atau 107,2 derajat Celcius yang dapat menghasilkan listrik. “Sementara, panas bumi bersuhu rendah dapat dimanfaatkan untuk pemanasan dan aplikasi di sektor lainnya,” tandas Anderson.(RA)