JAKARTA – Pemadaman yang dialami sejumlah pelanggan listrik di wilayah Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Banten selama berjam-jam diyakini menjadi bukti bahwa sistem kelistrikan Jawa-Bali masih sangat rentan. Bob Sulaeman Effendi, Chief Representative Thorcon International Pte,Ltd., produsen listrik swasta pengembang Pembangkit Listrik Tenaga Thorium (PLTT), mengatakan ada ketidakseimbangan load dan daya di tambah parah transmisi 500 KV yang mengirim listrik dari Jawa Timur sudah overload, sehingga ketika terjadi trip di salah satu pembangkit membuat seluruh jaringan jatuh.

“Sangat rentan dan ternyata ketika sudah jatuh, dari total 200 lebih pembangkit hanya ada dua pembangkit yang diandalkan untuk naik duluan, yaitu Cirata dan Saguling yang sudah berumur lebih dari 30 tahun dan biasanya standby untuk peaker,” kata Bob kepada Dunia Energi, Selasa (6/8)

Bob mempertanyakan reserve power yang diklaim sebesar 30%, yang yernyata tidak dapat dipakai karena hanya berfungsi ketika jaringan tidak trip. Dia menambahkan, bila ada load tambahan ini akan menjadi masalah lain lagi.

“Bahkan butuh lebih dari enam jam. Hal ini tidak dapat di terima dalam sistem kelistrikan modern,” ujar Bob.

Menurut dia, salah satu solusi adalah penambahan pembangkit berskala besar nirkarbon. Apalagi mengingat pencemaran udara yang sudah parah di bagian barat.

“Idealnya sekitar Karawang atau tidak lebih dari 20 km dari Jakarta. Pertanyaan apa? PLTA tidak mungkin, geothermal apalagi. Pilihan rasional bagi orang yang paham listrik hanyalah PLTN (Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir),” tandas Bob.(RA)