PALEMBANG – Sedikitnya ada 100 pekerja PT Pertamina Hulu Energi (PHE) Subholding Upstream (SHU) Pertamina mulai berlaga di Upstream Fire and Rescue Challenge 2022. di Hari kedua ini ada empat tantangan yang diikuti oleh para peserta diantaranya Basic Life Support, Mechanical Advantage, Fire Gear & SCBA Skill serta Simulator OSC Structure Fire and Rescue serta Manifold Fire.

Small group competition terdiri dari Basic Life Support, Mechanical Advantage, Fire Gear & SCBA Skill harus diselesaikan secara individu atau dua orang setiap tim. Basic life support misalnya para peserta dituntut untuk bisa melakukan tindakan pertama penyelamatan bagi korban yang mengalami henti nadi atau nafas. Kamudian untuk Mechanical Advantage para pekerja di lingkungan SHU minimal harus memahami pengetahuan tali temali yang diperlukan untuk melakukan berbagai tindakan penyelamatan.

Serta ada Fire Gear & SCBA Skill dimana para pekerja dituntut untuk mengetahui dasar peralatan pemadam kebakaran.

“Yang dinilai itu ketepatan prosedur dalam melakukan tanggap darurat serta langkah kerja dalam penanggulangan keadaan darurat secara individu,” kata Yoseph Adithyawan, salah satu anggota dewan juri kepada Dunia Energi, Selasa (19/7).

Peserta melakukan penanganan keadaan darurat bagi korban hilang nadi atau nafas (Foto/Dok/Dunia Energi)

Skenario tantangan selanjutnya adalah Structure Fire and Rescue. Kendy Pontoan, dewan juri untuk tantangan ini menjelaskan para peserta dituntut untuk bisa melakukan pemadaman bangunan bertingkat sekaligus mengevakuasi korban yang terjebak di dalam bangunan.

Menurut Kendy, para peserta sudah mampu memenuhi standar minimum yang ditetapkan oleh panitia. Ini membuktikan bahwa para pekerja di lingkungan Subholding Upstream sudah memiliki kemampuan dasar yang sangat penting untuk melakukan evakuasi gedung terbakar. Kriteria penilaian yang utama seperti teknik evakuasi dan pemadaman api. “Ini sangat kritikal, korban secepatnya dikeluarkan dari gedung maksimal 15 menit. rata-rata sudah kurang dari 15 menit. Kemudian dilihat juga metode pemadaman kebakarannya,” ungkap Kendy.

Satu tantangan yang paling dinantikan dan paling memiliki risiko adalah Manifold Firefighter. Ini adalah pertarungan antara manusia dengan api yang disebabkan oleh kebocoran gas pada valve.

Dwi Cahyono, tim Committee UFRC, menyatakan beberapa kriteria penilaian untuk skenario kali ini antara lain incident command control, kemudian teknik pemadaman, penempatan pasukan pemadanam di titik-titik tertentu untuk memudahkan dalam mengendalikan kobaran api. “Jadi dlihat juga arah angin gimana baru mereka nanti tentukan strategy approach baru valve ditutup,” ujar Dwi.

Sthefrie, juri untuk sesi Manifold Firefighter, menyatakan pada dasarnya seluruh peserta sudah memahami dasar penanggulangan kebakaran.

“Semua sudah bagus sudah paham apa yang dilakukan tinggal dari masing-masing zona yang ada di PHE merutinkan latihannya,” ujar Sthefrie.