JAKARTA – Target pemerintah agar rencana pengembangan (Plan of Development/PoD) Blok Sakakemang bisa diproses pada tahun lalu pupus. Hingga kini, dokumen PoD blok Sakakemang tidak kunjung diserahkan kontraktornya, Repsol. Repsol masih harus memastikan jumlah cadangan terbukti di Sakakemang yang dikerjakan Lemigas.

Setyo Rini Trihutami, Kepala Pusat Lemigas, mengatakan proses kajian yang dilakukan Lemigas sejak Desember tahun lalu dan ditargetkan baru akan selesai pada tahun ini. “Tergantung kompleksitas lapangan. Bisa lah (sebelum semester I),” kata Rini singkat kepada Dunia Energi, belum lama ini.

Menurut Rini, hingga kini belum diketahui berapa besar cadangan migas yang bisa diproduksi dari Sakakemang. Sebelumnya ada informasi akan diproduksikan dulu 1 triliun cubic feet (TCF) dari total potensi sebesar 2 TCF gas.

“Kami belum tahu berapa-berapanya (volume cadangan). Kalau per lapangan bisa (untuk diproduksikan dulu), tapi tidak berarti harus cari 1 TCF dulu, karena belum tahu,” kata Rini.

Repsol merupakan operator di blok Sakakemang dengan menguasai 45% hak partisipasi (participating interest/PI) sekaligus sebagai operator blok. Sementara mitranya, Petronas memiliki hak partisipasi sebesar 45% dan MOECO 10%.

Produksi gas Sakakemang disesuaikan dengan kesiapan konsumen untuk menyerap pasokan gas ini. Repsol Group melalui afiliasinya, Talisman Sakakemang BV, sebelumnya telah menandatangani nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) dengan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) untuk pasokan gas dari Blok Sakakemang. MoU ini berlaku sejak 12 Juli 2019 dan akan ditindaklanjuti dengan penandatanganan Gas Sales Agreement (GSA) oleh para pihak.(RI)