JAKARTA – Realisasi pendapatan PT PLN (Persero) Unit Induk Distribusi Jakarta Raya (PLN Disjaya) sepanjang 2019 mencapai Rp43,12 triliun, naik 4,28% dibanding raihan pendapatan 2018 sebesar Rp41,35 triliun. Kenaikan pendapatan seiring dengan peningkatan penjualan tenaga listrik di 2019 sebesar 4,05% atau mencapai 34,1 terra watt hour (TWh) sedangkan di 2018 mencapai 32,78 TWh.

M Ikhsan Asaad, General Manager UID Jakarta Raya, mengatakan penjualan listrik ditopang dari pelanggan rumah tangga yang mencapai 14 TWh. Kemudian diikuti pelanggan bisnis sebesar 12,3 TWh dan pelanggan industri sebanyak 4,3 TWh.

“Pada 2019 pencapaiannya luar biasa. Kami harapkan tahun ini investasi menggeliat, apalagi ada Omnibus Law yang diharapkan bisa membongkar hambatan-hambatan investasi. Tahun ini revenue ditargetkan naik 5-6%,” kata Ikhsan di Jakarta, akhir pekan lalu.

Lebih lanjut dia menuturkan konsumsi listrik Jakarta yang terbesar berasal dari golongan rumah tangga baru kemudian pelanggan industri. Hal ini lantaran berangsur-angsurnya pelaku industri keluar Jakarta seiring dengan regulasi zonasi pemerintah daerah. Dengan regulasi itu maka Jakarta bakal menjadi kota bisnis. Hingga saat ini porsi pelanggan bisnis PLN Disjaya saat ini mencapai 20%, sisanya didominasi pelanggan rumah tangga.

Untuk bisa meningkatkan kinerja operasional dan pendapatan sektor rumah tangga juga masih akan jadi andalan, hanya saja perusahaan tidak akan mengandalkan rumah tangga di dalam pusat Jakarta tapi di pinggiran kota. “Kami masuk di daerah perbatasan Jakarta seperti Pondok Gede dan Ciputat,” ujarnya.

Selain itu, PLN Disjaya juga optimistis karena didukung oleh pertumbuhan gedung-gedung perkantoran maupun kawasan bisnis baru. Bahkan ketika proses konstruksi kawasan bisnis dan perkantoran pun PLN sudah mendistribusikan pasokan listrik melalui power bank. Dengan begitu kebutuhan listrik selama konstruksi tak lagi menggunakan genset yang boros dan kurang ramah terhadap lingkungan.  “Power bank lebih ramah lingkungan dan efisien serta dikenakan tarif layanan khusus sebesar Rp1.644/kWh,” kata Ikhsan.

Selain itu, PLN Disjaya pun siap menyongsong era kendaraan berbasis baterai. Sejumlah stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) telah terpasang di sejumlah titik. Namun hingga kini belum ada regulasi yang menetapkan tarif pengisian daya tersebut. Ikhsan mengungkapkan pihaknya berencana melakukan survei ke masyarkat terkait besaran tarif ideal pengisian daya kendaraan listrik. “Tentunya tarifnya lebih murah daripada mengisi BBM di kendaraan konvensional,” kata Ikhsan.(RI)