JAKARTA – Rasio elektrifikasi hingga Juni 2015 ini baru mencapai 86,39% dengan kapasitas pembangkit sebesar 53,5 GW.Rasio eletrifikasi nasional tersebut menempatkan Indonesia lebih rendah dari negara-negara tetangga seperti, Singapura yang sudah mencapai 100%, Brunei 99,7%, Tahiland 99,3%, dan Vietnam 98,0%.

Dalam memenuhi kebutuhan listrik masyarakat, pemerintah melaksanakan program pembangunan kapasitas listrik 35.000 MW. Program ini merupakan suatu kebutuhan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi serta untuk meningkatkan rasio elektrifikasi.”Tidak ada kehidupan lagi tanpa listrik. Mahasiswa kalau pulang kerumah yang dicari pasti colokan listrik,” ujar Wakil Presiden Jusuf Kalla saat berbicara dalam Indonesia International Infrastruktur Convention dan Exhibiton (IIICE) 2015.

Energi merupakan kebutuhan pokok dasar manusia karenanya manusia tidak dapat melepaskan diri ketergantungan yang tinggi pada energi. Proyek listrik 35.000 MW menjadi salah satu topik yang sangat diminati oleh pengunjung pameran dan mendapatkan banyak atensi dari investor asing.

Wapres menjelaskan kepada seluruh investor dan pengunjung bahwa infrastruktur adalah hal yang terus menerus berkembang. Pengembangan infrastruktur akan terus berlanjut seiring dengen perkembangan ekonomi, teknologi dan meningkatnya jumlah manusia.”Saat ini keinginan terhadap pengembangan infrastruktur melaju lebih cepat dibanding kemampuan membangun infrastruktur,” katanya. Untuk itu, dia mengajak kepada seluruh masyarakat, investor, pengusaha, dan pemerintah pusat maupun daerah untuk berperan aktif dalam pembangunan infrastruktur Tanah Air.

Pemerintah mentargetkan rasio eletrifikasi sebesar 97,4% dalam lima tahun kedepan dan untuk mencapai target sebesar itu diperlukan tambahan kapasitas terpasang sebesar 35.000 MW diluar 7.400 MW yang saat ini sudah dalam tahap konstruksi.(LH)