PENAJAM PASER UTARA – Program Budidaya Lalat Hitam atau Bulatih yang dikembangkan PT Pertamina Hulu Kalimantan Timur (PHKT) di Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), Kalimantan Timur, mendorong peningkatan life skill para santri. Keahlian seperti akan berguna apabila para santri telah kembali ke masyarakat untuk mengamalkan ilmunya.

“Ada sekitar 30 santri di tingkat SMA yang tertarik untuk membudidayakan lalat hitam. Maka, kami menjadikannya sebagai ekstra kurikuler untuk menambah life skill para santri,” tutur Mursid, pengelola Ponpes Hidayatullah, saat menerima kunjungan media, beberapa waktu lalu.

Dia menuturkan pesantren memiliki program edupreneurship untuk para santri. Para pimpinan pondok menyadari, ketika terjun ke masyarakat para santri tidak hanya membutuhkan pemahaman tentang ilmu agama. “Keahlian usaha juga sangat diperlukan. Karena setiap hari melihat Bulatih, mereka tertarik untuk  mendalalami budidaya lalat hitam dan pemanfaatan maggot sebagai pakan lele dengan menggunakan biofolk. Hasil budidaya lele tersebut selain dijual, sebagian juga dimanfaatkan sebagai konsumsi para santri di Ponpes Hidayatullah,” ujar Mursid.

Superintendent Terminal Lawe-Lawe Pertamina Bagus Wahyuntoro mengatakan Program Bulatih pertama kali diimplementasikan di lingkungan Terminal PHKT Lawe-Lawe pada pertengahan tahun 2019, dengan inisiatif dari internal dan eksternal PT Pertamina Hulu Kalimantan (PHKT). “Awalnya dimulai dengan memanfaatkan sampah organik sisa makanan katering dari dapur Terminal Lawe-Lawe. Kami mencoba berbagai cara untuk memanfaatkan sampah tersebut,” katanya.

PHKT membuat prohgram pemberdayaan berupa budidaya lalat hitam di Penajam Paser Utara untuk mengatasi persoalan sampah dan mahalnya harga pakan. (Foto Lili Hermawan/Dunia Energi)

Program Bulatih merupakan program pemberdayaan masyarakat di bidang lingkungan dengan pemanfaatan dan pengelolaan sampah organik melalui budidaya lalat BSF (Black Soldier Fly) yang hasilnya digunakan sebagai alternatif pakan ternak. Program Bulatih mengajarkan masyarakat manfaat yang diperoleh dari sampah organik, terutama nilai ekonominya jika dilakukan dengan metode yang tepat.

Program Bulatih merupakan bentuk sinergi PHKT dan pemangku kepentingan di Terminal Lawe-Lawe dipilih sebagai upaya menuju Zero Domestic Waste dengan menggunakan BSF yang akan mendatangkan manfaat masyarakat terutama di Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) dan di sekitar daerah operasi Terminal Lawe-Lawe. Program ini ternyata mampu menekan neraca buangan limbah sampah organik ke Tempat Penampungan Akhir (TPA) bahkan pernah meraih Juara 1 dalam Penghargaan Lomba Inovasi Teknologi Tepat Guna yang diselenggarakan oleh Bapelitbang Kabupaten PPU pada 2020.

Menurut Assistant Manager Environmental Pertamina Subholding Upstream Kalimantan Chandra Sunaryo, Program Bulatih merupakan bentuk komitmen PHKT untuk menghadirkan inovasi dalam pengelolaan lingkungan, tidak hanya di internal perusahaan, namun juga diintegrasikan dengan program pengembangan masyarakat hingga dapat memberikan efek lebih luas kepada masyarakat di Kabupaten PPU.

“Program inovasi ini pun diharapkan dapat berkontribusi dalam persiapan Kabupaten PPU menjadi ibu kota negara baru yang ramah lingkungan,” tambah Chandra.

Program Bulatih dijalankan oleh 3 kelompok masyarakat yaitu Kelompok Himpuli dan Kelompok Hidayatullah di Desa Girimukti serta untuk pemberdayaan wanita kepada Kelompok Usaha Wanita Maggot Lestari di Kelurahan Tanjung Tengah. PHKT memfasilitasi pembuatan kandang, bantuan alat untuk proses produksi BSF, hingga pelatihan dan pendampingan selama proses berlangsung.

Ketiga kelompok binaan PHKT sangat terbantu dengan adanya pakan alternatif berupa maggot untuk ikan maupun hewan ternaknya. Menurut Mursid, pakan yang bisa dihemat untuk budidaya lele bisa mencapai 25%. Semntara kelompok peternak unggas dapat berhemat sebesar 30% untuk biaya pakan atau setara dengan Rp828 ribu per triwulan. Besarnya penghematan tersebut dapat digunakan untuk ternak 100 ekor unggas.

Kelompok peternak lele dapat berhemat sebesar Rp3 juta per bulan. Mulai Januari-Agustus 2021 sampah organik yang telah dimanfaatkan untuk pakan maggot pun terus meningkat hingga mencapai hampir 1,7 ton.

Pemerintah Kabupaten Penajam Paser Utara mendukung penuh program CSR tersebut karena dinilai akan memberikan kontribusi bagi pemerintah dalam menyiapkan ibu kota baru Indonesia yang ramah lingkungan. Inovasi pengelolaan sampah yang diikutsertakan dalam ajang Proper 2021 ini diharapkan pula dapat menjadi opsi atau pilihan bagi pemerintah setempat dalam pengelolaan sampah dan lingkungan di wilayah bakal ibu kota negara ini.

“Kami sangat mengapresiasi dan mendukung Program Bulatih ini karena sejalan dengan target Pemkab PPU dalam menangani sampah organik di masyarakat,” kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup Penajam Paser Utara Tita Deritayati.

Tita mengatakan Program Bulatih juga sebagai upaya mengubah perilaku dan pola pikir masyarakat bahwa sampah tidak cuma untuk dibuang di tempat pembuangan, tetapi juga bisa memberi manfaat sosial dan ekonomi. “Menyelesaikan masalah sampah juga termasuk mengubah perilaku dan pola berfikir, bagaimana cara dimanfaatkannya, yang merupakan tugas dari Dinas Lingkungan Hidup untuk bersinergi dengan sekolah dan masyarakat dengan harapan program ini berkelanjutan dalam upaya memaksimalkan sampah organik,” ujarnya.

Pemkab PPU berencana mendirikan Sentra Edukasi Pengelolaan Sampah Organik di TPS3R Kabupaten PPU, memfasilitasi perluasan jaringan pemasaran produk maggot, melakukan pengembangan produk daur ulang sampah, memberikan literasi kurikulum muatan lokal pemanfaatan sampah organik dan budi daya lalat hitam, dan penguatan unit usaha kelompok.

“Kami akan gencarkan edukasi dan membuat pusat percontohan Bulatih. Diharapkan badan usaha juga ikut memberikan dukungan mengingat anggaran pemerintah yang masih terbatas,” katanya.(LH/DR)