JAKARTA – Pertamina melalui PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) mendukung penuh upaya pemerintah untuk percepatan implementasi energi baru terbarukan (EBT) demi pencapaian target bauran energi EBT 23% di 2025 dan penurunan emisi gas rumah kaca (GRK). Green Refinery merupakan inisiatif strategis Pertamina dalam mencapai target bauran EBT untuk dapat menghasilkan bahan bakar rendah emisi gas rumah kaca yang lebih ramah lingkungan dengan menggunakan bahan baku terbarukan (renewable feedstock).

KPI saat ini telah memiliki 1 green refinery di RU IV Cilacap yang telah beroperasi sejak Februari 2022 yang dapat memproduksi produk rendah emisi gas rumah kaca. Green Refinery RU IV Cilacap telah mendapatkan pengakuan sertifikat International Sustainability Carbon Certification (ISCC) yang membuktikan terpenuhinya seluruh persyaratan internasional terkait sustainability produknya.

Produk utama Green Refinery RU IV Cilacap adalah Green Diesel yang diproduksi dari bahan baku 100% renewable dengan kandungan sulfur lebih baik dari Euro V dengan kapasitas produksi 2500 BPD. Selain Green Diesel, Green Refinery RU IV Cilacap juga telah berhasil memproduksi Bioavtur/SAF dengan kandungan renewable 2.4% dan kapasitas 9 BPD melalui metode co-processing. Produk Bioavtur/SAF ini bila digunakan oleh airline berpotensi menurunkan emisi karbon industri penerbangan sebesar 22 ribu Ton CO2e per tahun.

Produk Bioavtur/SAF dari Green Refinery Cilacap telah teruji kualitasnya untuk memenuhi standar internasional untuk spesifikasi Avtur ASTM D 1655, Defstan 91-91 latest issued, serta SK Dirjen No.59 K Tahun 2022.

Dari aspek sustainability dan pembuktian produk rendah emisi gas rumah kaca, Bioavtur/SAF Pertamina telah memenuhi kriteria framework pengujian secara global diantaranya CORSIA oleh ICAO, RefuelEU/Fit55 oleh Uni Eropa, EU/UK Emission Trading, Tax Credit IRA USA. Masing – masing framework tersebut dikenal memiliki persyaratan ketat dalam hal kriteria sustainability dari jenis feedstock, proses produksi hingga rantai distribusinya.

Bioavtur/SAFproduksi KPI telah berhasil melalui Uji Ground Round dan Flight Test untuk keperluan maskapai Komersial pada pesawat Boeing 737-800 PK GFX di Soekarno Hatta International Airport (CGK), Tangerang, Banten (4/10). Hal ini menunjukkan tekad KPI untuk menjadi first mover dan leader dalam penyediaan bioavtur/SAF di kawasan regional. Sebagaimana diketahui, untuk kawasan Regional Asia Tenggara saat ini hanya KPI yang berhasil melakukan commercial production Bioavtur hingga uji terbang untuk pesawat komersial.

Sebelumnya produk Bioavtur J 2.4 ini sudah pernah di uji coba produksi di Kilang TDHT/Green Refinery RU IV pada periode 2020-2021 untuk keperluan uji terbang pesawat CN 235 yang teregister Militer.

Direktur Utama KPI Taufik Aditiyawarman, mengungkapkan inovasi Bioavtur/SAF merupakan upaya KPI dalam menjawab tantangan bisnis dan kebutuhan pasar terkait bahan bakar terbarukan dan rendah emisi di industri penerbangan sipil sekaligus mendukung komitmen Pemerintah dalam capaian target Net Zero Emission (NZE).

“Salah satu game changer upaya pengurangan emisi CO2 di industri penerbangan sipil yang mensyaratkan standard safety sangat ketat adalah Bioavtur/SAF. KPI menjawab tantangan ini dengan melakukan serangkaian aktivitas capability development, know – how, research dan commercial production trial pada fasilitas produksi yang ada,” kata Taufik.

“KPI telah meneguhkan komitmennya untuk menjadi leading dan pioneer dalam pengembangan drop in renewable fuel khususnya Bioavtur/SAF yang menjadi jawaban untuk dekarbonisasi industri penerbangan sipil yang dikategorikan hard to abate sector karena ketatnya persyaratan aspek safety,” ujar Taufik.

Dengan kerja sama dan kolaborasi seluruh stakeholder, KPI yakin bahwa produk SAF ini dapat segara dipasarkan sebagai solusi untuk program dekarbonisasi industri penerbangan.

Keberhasilan Pertamina dalam melalui uji coba Ground Test dan Flight Test tidak lepas dari kolaborasi Pertamina Group melalui Research & Technology Innovation (RTI), Kilang Pertamina Internasional (KPI), dan Pertamina Patra Niaga (PPN) bersama dengan Direktorat Jenderal EBTKE Kementerian ESDM, Kementerian Perhubungan, ITB, APROBI, BPDPKS, LEMIGAS, BRIN, Garuda Indonesia dan Garuda Facility Maintenance yang secara intensif mengawal rangkaian uji produk SAF ini.

Harga Bioavtur/SAF yang relatif lebih tinggi daripada avtur fossil, dikarenakan selain sebagai komoditas produk, Bioavtur/SAF juga memiliki kelebihan yaitu green H
house gas
emisi lingkup 3 yang lebih rendah daripada fossil fuel, untuk itu diperlukan kebijakan dari Pemerintah dan kerja sama lintas sektor untuk komersialisasi produk ini.

“Pengembangan ini menunjukkan komitmen Kilang Pertamina dalam mencapai tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) Nomor 7 yakni ‘Energi Bersih dan Terjangkau’ serta sejalan dengan komitmen Kilang Pertamina dalam menjaga ketahanan energi nasional dan mendukung Net Zero Emission (NZE) 2060,” ujar Taufik.

PT Kilang Pertamina Internasional merupakan anak perusahaan PT Pertamina (Persero) yang menjalankan bisnis utama pengolahan minyak dan petrokimia sesuai dengan prinsip ESG (Environment, Social & Governance). PT KPI juga telah terdaftar dalam United Nations Global Compact (UNGC) dan berkomitmen pada Sepuluh Prinsip Universal atau Ten Principles dari UNGC dalam strategi operasional sebagai bagian dari penerapan aspek ESG. PT KPI akan terus menjalankan bisnisnya secara professional untuk mewujudkan visinya menjadi Perusahaan Kilang Minyak dan Petrokimia berkelas dunia yang berwawasan lingkungan, bertanggung jawab sosial serta memiliki tata Kelola perusahaan yang baik.(RA)