JAKARTA – Presiden Joko Widodo bergerak cepat dalam pertemuan G7 di Jerman. Target pemerintah untuk menjadikan Indonesia sebagai tujuan utama investasi ekosistem kendaraan listrik sangat terlihat dalam pertemuan negara-negara maju dunia tersebut.

Indonesia yang diundang sebagai kapasitasnya sebagai presidensi G20 tidak menyiakan peluang tersebut.

Jokowi menyatakan disela pertemuan G7, dia sekaligus memaparkan potensi investasi bisnis ekosistem kendaraan listrik di Indonesia kepada para pemimpin negara-negara maju dunia.

Menurut Jokowi, topik pertemuan G7 kali ini yakni perubahan iklim, energi, dan kesehatan sangat sesuai dengan target-target yang dicanangkan pemerintah.

“Saya hadir dan menyampaikan ajakan kepada negara-negara G7 untuk berkontribusi memanfaatkan peluang investasi di sektor energi bersih di Indonesia. Di antaranya, pengembangan ekosistem mobil listrik dan baterai litium,” kata Jokowi dikutip dari akun media sosialnya (28/6).

Indonesia kata Jokowi menjadikan transisi energi sebagai salah satu target utama. Namun untuk mencapai target tersebut tidak bisa sendiri lantaran butuh dana dengan jumlah yang sangat besar. Perkiraan kebutuhan dana transisi energi di Indonesia bahkan ditaksir mencapai US$30 miliar. Jokowi berharap para negara G7 juga bisa menjadi mitra Indonesia dalam mencapai target transisi energi.

“Indonesia membutuhkan setidaknya US$25-30 miliar untuk transisi energi 8 tahun ke depan,” ungkap Jokowi.

Menurutnya transisi energi tidak hanya memberikan dampak positif bagi lingkungan tapi berbagai muiltiplier effect bisa didapatkan di berbagai sektor. “Transisi ini bisa kita optimalkan sebagai motor pertumbuhan ekonomi, membuka peluang bisnis, dan membuka lapangan kerja baru,” tegas Jokowi.’

Pengembangan ekosistem kendaraan listrik memang sedang gencar dilakukan di Indonesia. Selain penyediaan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU), kini juga tengah dibandung industri baterai litium yang dikerjakan oleh para Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang membentuk PT Industri Baterai Indonesia (IBI). Holding IBI terdiri dari Mining Industri Indonesia (Mind ID), PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), PT Aneka Tambang Tbk. (Antam), PT Pertamina, dan Perusahaan Listrik Negara (PLN). Selain kerjasama dengan Konsorsium Hyundai, pembentukan perusahaan ini juga melibatkan Korporasi KIA, Mobis Hyundai, dan LG Energy Solution.

IBI direncanakan memiliki kapasitas produksi sebesar 140 gigawatt hour (GWh). Diperkirakan bahwa 50 GWh sel baterai yang diproduksi IBI akan diekspor ke luar negri. Kemudian, sisanya akan digunakan industri baterai di Indonesia untuk memproduksi mobil listrik. Setelah dibangun, perusahaan ini diprediksi dapat mempekerjakan sekitar 1,000 orang.

Pada awal Juni lalu LG akhirnya memulai konstruksi pabrik pembuatan baterai di Kawasan Industri Batang dengan total investasi sebesar 9,8 miliar dolar AS atau Rp142 triliun. Proyek ini diklaim sebagai proyek skala besar, yang mampu memproduksi baterai kendaraan listrik sebesar 3,5 juta unit dan 200 gigawatt per tahun. (RI)