JAKARTA – PT PLN (Persero) mengaku pandemi Covid-19 dan pemberlakukan PPKM darurat di wilayah Jawa Bali serta berbagai wilayah lainnya berdampak langsung terhadap penjualan listrik. Pada semester II 2021, penjualan listrik ditargetkan bias mengejar dan dapat tumbuh sebesar 2% dibanding periode yang sama tahun lalu.

Bob Saril, Direktur Niaga dan Manajemen Pelanggan PLN, mengatakan penjualan listrik di semester II tahun ini diperkirakan tidak semulus seperti yang terjadi pada tahun lalu dengan periode yang sama. Penurunan konsumsi listrik terutama terjadi pada sektor pelanggan bisnis dan publik, seperti gedung-gedung pemerintahan.

“Kalau kami lihat pembebanan Jawa-Bali, beban puncak turun sekitar 2.000 MW. Ini berdampak signifikan karena bisnis dan pemerintah sangat turun,” ujar Bob dalam diskusi Perpanjangan Stimulus Listrik dari Pemerintah pada masa PPKM secara virtual, Kamis (22/7).

Penjualan listrik hingga semester I tahun ini telah tumbuh 4,88% menjadi 124 terawatt hour (TWh) dibanding realisasi penjualan pada periode yang sama tahun lalu.

“Dengan adanya PPKM sektor yang terdampak adalah bisnis karena mal-mal kan enggak boleh buka. Pedagang juga tutup. Itu sangat signifikan memangkas 18% kontribusinya secara total,” ungkap Bob.

Bob masih optimistis penjualan bisa kembali digenjot dengan catatan PPKM darurat sukses dijalankan sehingga penjualan listrik PLN kembali berjalan normal.

“Keuangan PLN pasti terdampak sudah turun 2 terawatt hour (TWh). Kami melakukan efisiensi,” kata dia.

PLN mencatat terjadi penurunan beban puncak pemakaian listrik khususnya di wilayah Jawa dan Bali sebesar 7%. Hal ini seiring dengan kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat sejak 3 Juli lalu.

Bob mengatakan kebijakan PPKM darurat telah berdampak terhadap beban puncak yang anjlok sebesar 2.000 megawatt (MW) atau 7%, dari kondisi normal. Sebelum PPKM darurat, beban puncak pemakaian listrik di wilayah Jawa-Bali berkisar di angka 26.800-26.900 MW.(RI)