JAKARTA – PT Indonesia Power, anak usaha PT PLN (Persero) menegaskan emisi dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Suralaya bukan penyebab tingginya tingkat polusi di Jakarta seperti yang sempat dikeluhkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Amlan Nawir, General Manager Unit Pembangkit PLTU Suralaya Unit 1-7 mengatakan alasan PLTU Suralaya tidak ada hubungannya dengan polusi di Jakarta adalah kondisi di daerah sekitar PLTU yang hingga kini berdasarkan studi dari lembaga independen tidak terpapar pencemaran lingkungan. Selain itu, alasan sederhananya adalah dari sisi topografi, posisi PLTU Suralaya terletak di ujung barat Pulau Jawa berjarak kurang lebih 150 kilometer (km) dari Jakarta.

“PLTU Suralaya lokasinya dibalik bukit, diujung Pulau Jawa. Arah angin Suralaya dari utara ke selatan, ke arah Samudera Indonesia. Ada angin Barat, tapi kecil. Data menunjukkan kecepatan 6%, kecepatan angin 0,5-3,6 meter per detik. Hanya 1% kemungkinan kecepatan tinggi, tapi kearah utara ke selatan,” kata Amlan di PLTU Suralaya, Banten, Selasa (24/9).

Berdasarkan survei harian yang dilakukan  PT Ganesha Environmental & Energy Services terungkap bahwa rata-rata emisi yang dihasilkan PLTU Suralaya adalah antara  24 mikro gram/m3 hingga 40,8 mikro gram/m3. Angka tersebut jauh dibawah standar baku mutu emisi yang ditetapkan pemerintah, yakni 230 mikro gram/m3. Selain itu, paparan emisi terjauh yang ditemukan tim survei ada di Pakuncen, Bojonegara yang jaraknya sejauh 4,18 km

“Kami ada di angka (20-40 mikro gram/m3) jarak Suralaya-Jakarta 150 km, jarak sebaran abu 5,59 km (tahunan). Untuk sebaran abu harian 4,18 km.
Selama satu tahun, baku mutu 90 mikro gram per m3.  Emisi yang dihasilkan Suralaya selama satu tahun 3 mikro gram/m3-5,7 mikro gram/m3,” ungkap Amlan.

Beberapa waktu lalu Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan menyebut salah satu penyumbang terbesar polusi udara di Jakarta adalah pembangkit listrik tenaga batu bara. PLTU Suralaya menjadi salah satu PLTU yang dianggap ikut andil membuat tingkat polusi udara Jakarta sangat mengkhawatirkan.

Dwi Suryo Abdullah, Vice President Public Relation PLN, mengatakan jika dilihat cerobon‎g asap pembuangan hasil pembakaran batubara, tidak terlihat adanya kepulan asap tebal. Ini karena PLTU Suralaya sudah menggunakan teknologi khusus yang berfungsi untuk menangkap emisi.

“Artinya teman-teman Indonesia Power mampu membuat operasi itu sempurna, pembakaranya sempurna sehingga penangkap debu yang keluar lewat cerobong tertangkap 99%,” kata  Dwi.(RI)