YOGYAKARTA – PT PLN (Persero) mempunyai komitmen dalam mendukung program dekarbonisasi pemerintah untuk mencapai net zero emission pada tahun 2060. Dalam jangka menengah, PLN juga berkomitmen untuk mencapai target bauran energi terbarukan sebesar 23% di tahun 2025.

Wiluyo Kusdwiharto, Direktur Mega Proyek dan EBT PLN, salah satu strategi adalah dengan melakukan de-dieselisasi. Berdasarkan data PLN, jumlah PLTD di Indonesia saat ini mencapai 5.200 unit tersebar di 2.130 lokasi yang rata-rata adalah lokasi isolated dan berada di daerah remote. Di tahun 2020 sendiri pemakaian BBM di PLN mencapai 2,7 juta kL atau setara dengan Rp16 triliun.

“Dalam program dedieselisasi, PLTD eksisting tersebut direncanakan untuk dikonversi menjadi tiga skema yaitu, konversi PLTD ke EBT, konversi PLTD ke Gas (gasifikasi), dan konversi PLTD menjadi interkoneksi ke grid,” kata Wiluyo disela seminar Renewable Technology as Driver for Indonesia’s De-Dieselization, di Hotel Ambarukmo, Rabu (23/3).

Program konversi PLTD ke EBT (PLTS) mempunyai dua skema yaitu konversi PLTD menjadi PLTS dan baterai atau menjadi hybrid (PLTS dan PLTD eksisting).

Konversi PLTD ke EBT dilakukan terutama untuk daerah-daerah PLTD yang isolated / jauh dari grid, dan tidak memiliki sumber energi baru terbarukan alternatif lainnya. Dalam tahap I direncanakan sekitar 212 MW PLTD di sekitar 183 lokasi akan di konversi menjadi PLTS dan baterai.

PLN rencananya akan mengumumkan pemenang lelang klaster I untuk pengadaan wilayah Jawa, Madura dan Kalimantan I pada Oktober mendatang. Untuk klaster I nanti akan dilakukan dengan skema hybrid (PLTD menjadi PLTS dan PLTD eksisting). “Setelah acara ini aanwijzing untuk para peserta ambil dokumen lelang tahap I. Perkiraan tanda tangan PPA (Power Purchase Agreement) Oktober di untuk Jawa Madura dan Kalimantan I,” ungkap Wiluyo.

“Diharapkan dengan program konversi PLTD dengan total 499 MW ke EBT ini dapat menurunkan pemakaian BBM sebesar 67 ribu KL, menurunkan emisi CO2 sebesar 0,3 juta ton CO2e, serta meningkatkan bauran energi EBT sebesar 0,15%,” kata Wiluyo. (RI)