JAKARTA – PT PLN (Persero) kembali menerbitkan surat utang, global bond senilai kurang lebih US$1,5 miliar. Hasil penerbitan surat utang akan digunakan untuk mendanai kebutuhan Investasi dan kebutuhan proyek pembangkit 35 gigawatt (GW). Pilihan pendanaan cukup tepat mengingat sebagian besar kebutuhan investasi peralatan pembangkit listrik masih harus diimpor dari luar negeri.

Sarwono Sudarto, Direktur Keuangan PLN, mengatakan ditengah kondisi pasar yang volatile atau tengah bergejolak serta issue trade war, PLN tidak hanya berhasil mendapatkan pendanaan dengan tenor yang panjang, namun juga berhasil memperluas basis investor di Eropa dengan global bond bermata uang euro.

PLN merupakan BUMN Indonesia pertama yang mampu secara bersamaan menerbitkan global bond di pasar internasional, yakni dalam dolar Amerika Serikat dan Euro. PLN juga menjadi BUMN Indonesia pertama yang mampu menerbitkan secara sekaligus dalam triple tranches yaitu tenor 7 tahun, 10 tahun dan 30 tahun.

“Hal Ini membuktikan bahwa dunia internasional percaya bahwa keuangan Indonesia dan PLN senantiasa dikelola dengan prudent. Serta menunjukkan keyakinan dari masyarakat internasional atas kekuatan fundamental ekonomi Indonesia dan PLN saat ini maupun sustainabilitas pertumbuhannya di masa mendatang” kata Sarwono dalam keterangan tertulisnya, Selasa (23/10).

Global bond PLN diterbitkan sekaligus dalam mata uang dolar AS dan Euro, yaitu US$500 juta dengan tenor 10 tahun 3 bulan, US$500 juta dengan tenor 30 tahun 3 bulan, dan €500 juta dengan tenor 7 tahun. Serta tingkat bunga masing-masing 5.375%, 6.25%, dan 2.875%.

Global bond PLN juga berhasil memperoleh kupon dan beban bunga yang sangat kompetitif, meskipun suku bunga acuan US$ atau Fed Fund Rate pada tahun ini telah naik sebanyak tiga kali. Hal ini mampu mendukung upaya PLN untuk dapat terus menyediakan listrik kepada masyarakat dengan tarif yang terjangkau.(RI)