JAKARTA – Pemerintah hingga kini terus galakan adanya konversi LPG ke kompor induksi. Salah satu keuntungannya tentu saja adanya penghematan lantaran selama ini LPG harus didatangkan dari luar negeri yang menguras kas negara.

Berdasarkan perhitungan PT PLN (Persero), pengalihan LPG yang selama ini diimpor ke energi listrik untuk 30 juta penerima manfaat akan menghemat Rp 27,3 triliun selama empat tahun. Angka penghematan itu berasal dari penghematan impor LPG sebesar Rp 25,9 triliun dan penghematan subsidi sebesar Rp 1,4 triliun.

“Selain menyelamatkan defisit transaksi berjalan, implementasi konversi kompor LPG ke kompor induksi juga sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo untuk mendorong program-program transisi energi,” kata Bob Saril, Direktur Niaga dan Manajemen Pelanggan PLN (2/11).

Bob optimistis program konversi LPG ke kompor induksi bisa terlaksana berkaca dari kesuksesan konversi minyak tanah ke LPG. Dalam konversi minyak tanah ke LPG, pemerintah perlu menerbitkan beleid setingkat Peraturan Presiden sebagai landasan hukumnya.

“Kita harus luncurkan perpres ini (untuk konversi kompor induksi) setelah itu baru kita bangun bersama-sama. Ini kepentingan bangsa, bukan kepentingan PLN ataupun Pertamina,” ujarnya.

PLN telah berinisiatif mengkampanyekan penggunaan kompor induksi dimana sejak dua tahun lalu telah diluncurkan program 1 juta kompor induksi dengan fokus kampanye ke pelanggan.  PLN juga telah bersinergi dengan perumahan-perumahan baru menggunakan kompor induksi dengan memberikan promo ekstra daya.

“Dari kampanye 1 juta kompor induksi, kira-kira sudah ada pelanggan yang beralih sebanyak 126.000. Kita perlu mekanisme kebijakan, setelah itu baru memberi insentif,” ungkap Bob.

Selain adanya manfaat yang didapatkan negara, penggunaan kompor induksi diketahui lebih mudah dan aman. Tidak hanya itu, konversi ke kompor induksi juga diproyeksi mendorong geliat industri nasional

Qatro Romandhi, Koordinator Penyiapan Program Konservasi Energi Kementerian ESDM, mengatakan, program konversi LPG ke kompor induksi merupakan salah satu upaya pemerintah untuk menekan impor LPG.

“Secara tidak langsung, program ini juga akan berdampak positif ke ketahanan energi dan menyemibangkan neraca perdagangan dari impor gas,” kata dia.

Andianto Hidayat, VP Downstream Research and Technology Innovation Pertamina, menilai program konversi tersebut perlu dilakukan secara matang karena industri LPG melibatkan banyak pihak, mulai dari produksi tabung, selang, hingga regulator.

Andianto menyatakan, perseroan juga akan berkomunikasi bersama PLN dan meminta dukungan pemerintah agar proses konversi ini berjalan dengan baik hingga diterima masyarakat. Menurut dia, kebijakan konversi kompor minyak tanah ke LPG pada 2007 lalu bisa dijadikan pijakan penting dalam penyusunan regulasi.

“Kami mendukung konversi tersebut. Memang sebaiknya kompor induksi menyasar market yang mampu daya listriknya mendukung ke sana. Kami di LPG tetap menyuplai market yang tidak ter-cover oleh kompor induksi,” tutur Andianto. (RI)