JAKARTA – PLN Indonesia Power (PLN IP) terus mengoptimalkan biomassa sebagai subtitusi batubara untuk bahan bakar PLTU (cofiring). Untuk itu PLN Indonesia Power memperkuat sisi hulu rantai pasok produksi biomassa dengan terus menggali potensi Hutan tanaman Energi (HTE) dan juga lakukan inisiasi kerjasama dengan Kelompok Tani Hutan (KTH).

Nani Hendiarti, Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan Kemenko Bidang Kemaritiman dan Investasi (Marves) mengatakan Kemenko Marves turut aktif dalam mendorong terbitnya Peraturan Menteri ESDM No 12 Tahun 2023 tentang Pemanfaatan Bahan Bakar Biomassa sebagai Campuran Bahan Bakar pada PLTU. Peraturan Menteri ini telah disampaikan pada saat COP 28 di Dubai pada Desember lalu.

“Hal ini menunjukkan kepada masyarakat internasional bahwa pemerintah Indonesia sangat serius dalam upaya untuk mengalihkan industri yang berbasiskan batu bara ke energi terbarukan,” kata Nani dalam keterangannya, Jumat (29/3).

Menurutnya pemanfaatan biomassa berbasis kayu dalam transisi energi perlu dibarengi dengan rangkaian kegiatan pemberdayaan, diseminasi dan advokasi kebijakan serta mewujudkan standar produk biomassa kayu berasal dari sumber yang lestari dan berkelanjutan.

Sebagai Subholding Pembangkitan PLN yang melaksanakan cofiring, PLN Indonesia Power pun telah melakukan pengembangan rantai pasok biomassa berbasis kayu.

Edwin Nugraha Putra, Direktur Utama PLN Indonesia Power, mengungkapkan perusahaan telah membangun kerja sama dengan stakeholder guna mengembangkan rantai pasokan biomas, antara lain melalui program pemberdayaan masyarakat dengan menjalin kerja sama penanaman Hutan Tanaman Energi (HTE).

“Dalam menjalankan program HTE ini, PLN IP menjalin kerja sama dengan gabungan Kelompok Tani Hutan di area Banten dan Kabupaten Cilacap, pemanfaatan lahan pembangkit bekerjasama dengan petani lokal,” kata Edwin.

Menurut Edwin, PLN Indonesia Power terus menggali potensi HTE sebagai wujud dukungan korporasi terhadap percepatan transisi energi di Indonesia, PLN Indonesia Power pun telah melakukan inisiasi kerjasama dengan kelompok tani hutan di berbagai wilayah, sehingga ada 2253 hektar lahan dari 57 kelompok tani hutan.

Edwin melanjutkan, Banten menjadi salah satu sasaran pengembangan HTE, melalui anak usahanya PT Artha Daya Coalindo, PLN Indonesia Power menggandeng Kelompok Tani Hutan untuk mengoptimalkan lahan hutan rakyat dengan pola _agroforestry_ di sekitar area PLTU Banten. Dalam kerja sama ini terdapat 1.313 hektar lahan dengan 19 KTH.

Sementara itu, Hanafi Nur Rifai, Direktur Operasi Pembangkit Batubara PLN Indonesia Power, mengatakan PLN IP saat ini telah menerapkan cofiring pada 18 unit PLTU dengan total produksi energi hijau pada tahun 2023 sebesar 496.642 GWh dan realisasi sampai dengan tanggal 11 Maret 2024 sebesar 112.951 MWh. Secara bertahap pun sedang menyiapkan peningkatan cofiring dan telah berhasil melakukan uji 100 % pada 4 unit PLTU yaitu PLTU Sintang, PLTU Sanggau, PLTU Tanjung Balai Karimun, dan PLTU Barru.

“Untuk menunjang program cofiring PLN Indonesia Power terus menyiapkan infrastruktur penopang cofiring biomassa di seluruh unit PLTU, salah satunya dengan menyiapkan HTE untuk menjamin keberlangsungan bahan baku biomassa,” jelas Hanafi. (RI)