JAKARTA – Pemerintah meminta PT PLN (Persero) untuk tidak lagi ambisius membangun pembangkit listrik, namun fokus menyediakan transmisi listrik. Pasalnya, kapasitas pembangkit listrik sudah berlebih.

Arifin Tasrif, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengatakan selama ini Indonesia masih kekurangan infrastruktur untuk menyalurkan listrik. Padahal pembangkit untuk menghasilkan listrik sudah lebih dari cukup. “Karena yang kurang ini transmisi. Kalau itu enggak dikejar, enggak bisa menampung listrik dari pembangkit,” kata Arifin di Jakarta, akhir pekan lalu.

Selain itu, jika terlalu banyak listrik yang tidak bisa disalurkan dari pembangkit, hanya akan meningkatkan biaya perawatan yang ujungnya justru membuat biaya produksi PLN jadi bengkak.

Arifin mengakui serapan listrik dalam beberapa waktu terakhir juga tidak terlalu tinggi. Ini juga disebabkan oleh loyonya pertumbuhan ekonomi. Dia berharap industri kembali bergairah karena salah satu konsumen terbesar PLN dari sektor industri yang bisa mendongkrak pertumbuhan konsumsi listrik secara signifikan.

“Dengan situasi sekarang penyerapan listrik agak tereduksi. Asumsinya kan harus di atas pertumbuhan ekonomi, tapi sekarang di bawah 5%. Kami harapkan dengan menciptakan suasana yang menarik untuk investasi, supaya investasi masuk lagi makanya competitiveness penting,” kata Arifin.

Strategi baru PLN untuk lebih mendorong transmisi ini akan dituangkan dalam Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) tahun 2020-2029.

Menurut Arifin, meski diminta untuk tidak lagi jor-joran membangun pembangkit, program 35 ribu megawatt (MW) tetap akan dilanjutkan hingga selesai. Karena itu PLN harus juga memastikan ketersediaan konsumen listriknya. “Proyek 35 ribu MW harus diselesaikan dan dipastikan konsumennya ada,” tegas Arifin.(RI)