JAKARTA – Pembangunan fasilitas dan infrastruktur gas diproyeksi akan semakin masif seiring target pemerintah untuk meningkatkan pemanfaatan gas di dalam negeri. Seiring dengan itu pemrintah juga menekankan adanya efisiensi dalam pengerjaan proyek pipa.

Achmad Herry, Wakil Ketua Ikatan Ahli Perpipaan Migas Indonesia (IAPMIGAS), mengungkapkan efisiensi dalam proyek infrastruktur gas menjadi salah satu poin utama dalam pembangunan jaringan gas, baik transmisi maupun distribusi. Salah satu caranya adalah dengan mengimplementasikan inovasi dalam penggunaan material pipa. Teknologi terbaru yang diyakini bisa menekan biaya investasi dan perawatan pipa gas adalah dengan menggunakan pipa Flexible/Thermoplastic Gas Pipeline atau material plastic polyamide (PA12).

Menurut Herry, pipa bermaterial plastik yang digunakan untuk menyalurkan gas bumi dan sudah banyak dikenal adalah pipa polyethylene (PE). Pipa PE digunakan pada jaringan pipa gas distribusi tekanan menengah (tekanan 0,4 barg – 4 barg) dan tekanan rendah (tekanan ≤ 0,4 barg). Pada tekanan lebih besar dari 4 barg, pipa bermaterial logam (pipa baja) banyak digunakan.

“Sementara material plastic polyamide dapat menahan tekanan hingga 20 barg sehingga sesuai untuk digunakan pada jaringan pipa gas distribusi tekanan tinggi (tekanan 4 barg – 16 barg),” kata Herry disela diskusi pemanfaatan Flexible atau Thermoplastic Gas Pipeline yang digelar IAPMIGAS di Jakarta, Selasa (11/2).

Penggunaan polyamide bisa digunakan pada jaringan pipa gas distribusi tekanan tinggi diharapkan kelebihan material plastik dibandingkan dengan material logam.

“Antara lain fleksibel dan tidak korosi, dapat dioptimumkan sehingga berdampak pada penurunan atau efisiensi biaya pemasangan (konstruksi) dan biaya pemeliharaan,” ungkap Herry.

Beberapa perusahaan juga sebenarnya sudah menggunakan pipa berbahan plastik ini seperti PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), PT Energasindo Heksa Karya.

Alimuddin Baso, Direktur Perencanaan dan Pembangunan Infrastruktur Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengungkapkan inovasi demi efisiensi sangat diperlukan dan harus dikedepankan badan usaha. Namun Ia mengingatkan bukan berarti aspek safety atau keamanan harus diabaikan dengan efisiensi tersebut. Ia pun mendukung penggunaan pipa berbahan Polyamide dengan catatan sudah teruji keamanannya.

“Teknologi ini memang baru, ke depan teman-teman bisa perimbangkan supaya dalam membangun infrastruktur ada kehandalam dan safety,” kata Alimuddin.

Proyek infrastruktur gas yang menanti adalah proyek pipa transmisi Cirebon – Semarang (Cisem) yang dikerjakan oleh PT Rekayasa Industri. Selain itu juga proyek pembangunan jaringan gas rumah tangga (Jargas) yang ditargetkan bisa terbangun 4,7 juta sambungan pada tahun 2024.

Alimuddin mengatakan penggunaan polyamide diharapkan bisa menekan biaya pembangunan infrastruktur gas tersebut lantaran selama ini biaya selalu jadi tantangan dalam ekspansi infrastruktur gas. Selama ini pembangunan jargas hanya mengandalkan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) akan tetapi ketika sudah terbangun yang jadi persoalan adalah perawatannya yang juga membutuhkan biaya. Korosi di pipa ternyata jadi persoalan tersendiri yang harus dihadapi badan usaha.

“Biasanyakan memang korosi itu, nah ini memang infonya anti korosi itu. Yang penting ini safety harus diperhatikan karena ini digunakan oleh masyarakat. Mereka sebagai penggunanya,” kata Alimuddin.(RI)