JAKARTA – PT Perusahaan Gas Negara Tbk  telah menandatangani Perjanjian Jual Beli Gas (PJBG) dengan PT Ophir Indonesia (Madura Offshore) Pty Ltd. Dengan penandatanganan PJBG itu maka PGN telah menerima pasokan gas dari lapangan Maliwis blok Madura Offshore yang dikelola Ophir dengam volume sebesar 20 BBTUD. Adapun durasi kontrak jual beli gas ini berlangsung hingga 2023 mendatang.

Rachmat Hutama, Sekretaris Perusahaan PGN, mengatakan PGN berkomitmen untuk menjaga ketahanan energi gas di Jawa Timur tetap terpenuhi. Untuk itu, pengembangan infrastruktur gas bumi juga akan ditingkatkan seiring dengan pertumbuhan ekonomi masyarakat Jawa Timur. PGN juga akan meningkatkan sumber energi primer dalam upaya pemenuhan kebutuhan energi tersebut.

Selama ini pasokan gas di Jawa Timur bersumber dari beberapa lapangan KKKS. Sejak tiga tahun ini, kondisi lapangan beberapa kali mengalami gangguan dan penurunan alamiah sehingga menyebabkan ketahanan pasokan gas bumi Jawa Timur terganggu.

PJBG dengan Ophir untuk lapangan Maliwis telah ditandatangani ada 19 Februari 2019 lalu. Selama ini pasokan PGN di Jawa Timur yang bersumber dari Lapangan Maleo.

“Kerja sama pasokan gas untuk lapangan Maliwis sampai 2023 dengan volume rata-rata sebesar 20 BBTUD. Dengan demikian, ketahanan pasokan kebutuhan gas di Jawa Timur untuk sementara waktu dapat terjaga,” kata Rachmat dalam keterangan tertulisnya, Senin (24/2).

Menurut Rachmat, kebutuhan gas di Jawa Timur terus meningkat seiring dengan tumbuhnya industri dan jaringan gas rumah tangga di sana.

Hingga kini jaringan pipa gas di Jawa Timur untuk menyalurkan gas bumi telah mencapai lebih dari 1.900 Km. Di Jawa Timur terdapat pusat-pusat industri dan populasi rumah tangga yang cukup padat sehingga pemakaian energi gas bumi cukup tinggi.

“Volume kebutuhan gas Jawa Timur 150 – 160 BBTUD, namun di 2019 pasokan yang bisa disalurkan sekitar 130 BBTUD,” ujarnya.

Sementara itu, pengembangan terminal LNG di Teluk Lamong ditargetkan akan selesai secara permanen pada tahun 2020 untuk pemenuhan kebutuhan gas di Jawa Timur sebesar 180 MMSCFD di tahun 2023, serta dapat berkembang untuk memenuhi semua kebutuhan gas di Jawa Timur sebesar 600 MMSCFD.

“Selain memenuhi kebutuhan gas dan kepastian pasokan yang lebih terjamin, pengembangan LNG Teluk Lamong ditargetkan dapat memberikan efisiensi untuk konsumen dan memperluas pelayanan gas bumi. Terminal energi Teluk Lamong juga bagian dari strategi untuk mendukung tercapainya kemandirian energi nasional,” ungkap Rachmat.

Dalam menjalankan operasional memasok gas di Jawa Timur, PGN selalu berupaya agar aliran gas tetap bisa stabil. Maka dari itu, terminal LNG juga menjadi solusi sebagai sumber alternatif apabila terjadi kekurangan pasokan.

Menurut Rachmat, untuk menghindari kondisi shortage atau kekurangan pasokan gas di Jawa Timur, perlu integrasi dan sinkronisasi perencanaan infrastruktur, pasokan dan demand secara mendalam.

“Penyediaan pasokan gas dari LNG menjadi opsi untuk menjaga reliability dan security pasokan gas di Jawa Timur, ” kata Rachmat.(RI)