SUBANG– Mengenakan kemeja lengan panjang warna krem, Alan Sahroni, 33 tahun, asyik mengamati anak buahnya yang sedang melakukan ekstraksi daun nanas (Ananas comosus) pada mesin giling merek Kubota pada Kamis (6/10/2022) siang nan terik di bagian belakang bangunan berukuran 8 X 12 meter.

Di sudut lain bangunan yang berada di Kampung Cijoged, Desa Cikadu, Kecamatan Cijambe, Kabupaten Subang, Jawa Barat itu, pekerja pada Pemanfaatan Serat Daun Nanas (PESONA) SUBANG, kelompok mitra binaan PT Pertamina EP Subang Field, yang tergabung dalam Zona 7 Subholding Upstream Regional Jawa, ikut membantu. Ada yang memilah daun-daun nanas yang berukuran lebih dari 60 centimeter. Ada pula yang menata jemuran serat hasil ekstraksi daun nanas yang berubah warna menjadi putih gading.

Di tempat itulah proses produksi serat daun nanas PESONA Subang menjadi pintalan benang dan kain bermula. Dan Alan, yang juga Ketua UKM Alfiber, memelopori usaha tersebut. Sejak April 2013 hingga saat ini, jebolan Sekolah Teknologi Tekstil Bandung pada 2010 itu berupaya mengolah daun nanas menjadi serat daun nanas. Produknya pun sudah diekspor. “Selain ke Singapura, ada juga tawaran untuk ekspor ke India,” katanya.

Menurut Alan, daun nanas belum termanfaatkan secara maksimal, hanya sebatas menjadi pakan ternak atau pupuk alami dengan cara dipotong-potong dan dibiarkan membusuk, tidak jarang juga yang hanya membuang bahkan membakarnya. Alan mengatakan, hal ini sangat disayangkan mengingat daun nanas sejatinya bisa diolah menjadi serat daun nanas sebagai bahan baku tekstil dan kerajinan serta mempunyai nilai ekonomis yang tinggi.

“Saya memulai usaha ini dengan berbekal satu unit Mesin Dekortikator hasil dari hadiah lomba business plan pada 2012. Alhamdulillah, saat memulai usaha ini ini mampu mengolah daun nanas sebanyak 150 kilogram setiap hari dan mampu menghasilkan serat daun nanas kering rata-rata 3 – 3,5 kg/hari,” ujar Alan.

Alan mengatakan, potensi potensi usaha pengolahan daun nanas di Kabupaten Subang masih sangat terbuka lebar. Apalagi lahan kebun nanas seluas 3.250 hektare dan di Kecamatan Cijambe tempat lokasi usaha seluas 133 hektare dengan potensi daun nanas yang dihasilakan dari satu hektar sebanyak 10 -15 ton. “Dengan semakin banyaknya permintaan serat daun nanas dan produk olahannya, usaha ini semakin potensial untuk dikembangkan,” katanya.

Alan menyebutkan, kain serat daun nanas terbuat dari serat daun nanas yang dipintal menjadi benang secara manual, kemudian ditenun dengan menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM). Pembuatan kain serat daun nanas ini dilakukan oleh UKM Alfiber dalam upaya meningkatkan nilai tambah (value added) khususnya nilai ekonomis dan nilai fungsi dari daun nanas yang selama ini banyak dibuang atau belum termanfaatkan secara optimal.

Menurut dia, serat daun nanas merupakan salah satu serat alam yang tergolong dari jenis serat selulosa atau tumbuh-tumbuhan. Serat daun nanas (pineapple–leaf fibres) adalah salah satu jenis serat yang berasal dari tumbuhan (vegetable fibre) yang diperoleh dari daun-daun tanaman nanas yang diekstraksi, kemudian dibersihkan dan dijemur hingga kering. “Proses ekstrasi atau pembuatan serat daun nanas ini dapat dilakukan dengan dua metode yaitu secara manual dan menggunakan mesin dekortikator,” ujarnya.

Ayah dua putra ini menyebutkan, pembuatan secara manual diawali dengan proses perendaman untuk memisahkan zat perekat pada daun nanas. Selepas itu dikerok menggunakan pisau atau alat khusus. Adsapun pembuatan serat nanas menggunakan mesin dekortikator dilakukan pada kondisi daun dalam keadaan segar dan basah. Dengan demikian, dapat memudahkan pemisahan zat-zat yang ada disekitar serat dan menghindari kerusakan pada serat. “Daun-daun nanas yang telah mengalami proses dekortikasi, kemudian dicuci dan dikeringkan melalui sinar matahari, atau dapat dilakukan dengan cara-cara yang lain,” katanya.

Serat daun nanas, lanjut Alan, memiliki sifat yang lembut, halus, kuat dan berkualitas baik untuk dijadikan kain dari serat alam baik kain tenun maupun kain non woven. Selain itu produk akhir yang dapat dihasilkan dari serat nanas antara lain tirai penutup jendela, wall paper (kain pelapis dinding), bahan baku kertas (pulp), berbagai jenis kerajinan seperti tas, gorden, rambut palsu, fiber interior mobil, tambang, jala ikan, dan bahan baku pembuatan furnitur seperti meja, papan, asbes, dan lain sebagainya.

Menariknya, proses pembuatan kain serat daun nanas di UKM Alfiber dilakukan dengan cara pemberdayaan masyarakat khususnya ibu-ibu, baik dalam proses pemintalan maupun proses pertenunan. Proses pemintalan atau pembuatan benang masih menggunakan cara manual atau disambung setiap helai serat menggunakan tangan dengan teknik khusus (sambung tenun). Karena pemintalan masih disambung, benang yang dihasilkan memiliki simpul dari setiap sambungan. Dengan demikian, kain yang dihasilkannya pun memiliki keunikan dan ciri khas yaitu adanya simpul–simpul kecil yang muncul pada kain.

Proses peretenunan kain serat daun nenas di Alfiber menggunakan ATBM hasil modifikasi. Alfiber mengembangkan alat tenun modifikasi yang disebut dengan ATBM Dogan. ATBM Dogan merupakan singkatan dari dobby dan gedogan. ATBM Dogan merupakan ATBM yang dirancang khusus dengan beberapa kelebihan untuk membuat kain dengan menggunakan tenaga manusia. ATBM Dogan diciptakan dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan dari alat tenun gedogan dan menyederhanakan bentuk serta fungsi ATBM Dobby.“Kami sudah menjual lebih dari 30 unit alat ini. Harga satu unitnya Rp 4 juta. Lebar kain dari alat tenun ini sekitar 60 centimeter. Panjang menyesuaikan, bahkan kami bisa membuat kain hingga sembilan meter dengan lebar 60 cm,” katanya.

PEP Subang Field mendukung pengembangan usaha pengolahan daun nanas menjadi komoditas bernilai tinggi bersama mitra binaan dan masyarakat Desa Cikadu. Pesona SUBANG terinspirasi dari keberadaan buah nanas yang menjadi ciri khas Kabupaten Subang.

Tidak terpaku pada buah nanasnya, PEP Subang Field justru melihat serat daun nanas sebagai potensi yang sangat baik dikembangkan dari komoditas ini. Bagian tanaman nanas ini seringkali
tidak dimanfaatkan dengan baik oleh para petani, padahal serat alam yang dikandungnya bernilai tinggi secara ekonomi. Serat daun nanas dapat diolah menjadi bahan tekstil ramah lingkungan (green textilles), dapat digunakan sebagai bahan campuran resin, bisa juga dimanfaatkan sebagai bahan kertas.

Ndirga Andri Sisworo, Senior Manager PEP Subang Field, mengatakan PESONA SUBANG merupakan kontribusi perusahaan dalam konservasi lingkungan di sekitar wilayah operasinya. Program ini berusaha mengurangi jumlah timbunan limbah daun nanas dan kemudian merubahnya menjadi komoditas serat alam yang bernilai ekonomi tinggi. “Kedua hal tersebut diharapkan dapat meningkatkan kualitas lingkungan sekaligus membantu meningkatkan produktivitas ekonomi warga,” katanya.

Alan sebagai penerima manfaat Program PESONA SUBANG mengaku senang tergabung di tiap kegiatan yang dilakukan PEP Subang Field. “Saya sangat berterima kasih karena dengan adanya program pesona kami bisa mendapatkan berbagai fasilitasi khususnya dalampeningkatan
keterampilan SDM melalui kegiatan kegiatan pelatihan baik teknis maupun non teknis,” katanya.

Melalui program Pesona Subang PEP Subang Field mendukung Sustainable Development Goals (SDGs) tujuan ke-12 SDGS yaitu Pengolahan limbah untuk kesejahteraan masyarakat. Tidak hanya
memperbaiki tata kelola limbah daun nanas tetapi juga menjadikan daun nanas sebagai komoditas bernilai tinggi yang dapat meningkatkan kualitas sosial ekonomi masyarakat di sekitarnya.

Selain itu, pogram Pesona Subang merupakan implementasi Environmental, Social and Governance (ESG) yang dijalankan oleh Subholding Upstream Pertamina sebagai perusahaan yang berwawasan lingkungan, bertanggung jawab sosial dan menjalankan tata kelola perusahaan yang baik. (DR)