JAKARTA – PT Pertamina (Persero) dan PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) menandatangani kontrak site development and new jetty construction untuk proyek revitalisasi (refinery development master plan/RDMP) kilang Balikpapan.

Rachmad Hardadi, Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina, mengungkapkan kesepakatan dengan Wika adalah impelembtasi komitmen pertama yang dilakukan dalam pengembangan enam megaproyek kilang Pertamina.

“Pengerjaan dilakukan satu tahun. Ini awal dimulainya pembangunan megaproyek pengolahan dan petrokimia Pertamina,” kata Rachmad dalam konferensi pers di Kantor Pusat Pertamina, Kamis (1/12).

Setelah kesepakatan dengan Wika maka tahap pembangunan infrastruktur kilang ditargetkan akan dimulai pada akhir Juli 2017 dan rampung akhir September 2019.

Kilang Balikpapan saat ini memiliki kapastias 260 ribu barel per hari (bph) dengan adanya revitalisasi ini maka kapasitas kilang akan meningkat sebesar 100 ribu bph menjadi 360 ribu bph.

Menurut Rachmad, selain kapasitas, kompleksitas kilang juga akan meningkat. Saat rampung nanti kilang Balikpapan akan mampu mengolah bahan bakar minyak (BBM) dengan research octane number (RON) diatas 92 dan mampu memproduksi BBM dengan standar kualitas euro 5.

“Produk utamanya nanti bisa produksi gasoline RON 92 keatas. Pada akhirnya ada standar bisa mengolah bahan bakar dengan standar euro 5 di tahap kedua. Untuk tahap pertama masih euro 2,” tambahnya.

Pelaksanaan site development and construction jetty yang berlokasi di dalam Kilang Balikpapan ini merupakan milestone pertama dan bertujuan untuk penyiapan lahan area pembangunan infrastruktur kilang seluas 75 hektar. Pembangunan construction jetty dengan ukuran 30×100 meter. Kapasitas 6.500 DWT untuk keperluan bongkar muat peralatan kilang serta membangun prasarana jalan dan gedung serta peralatan marine.

Bambang Pramujo, Direktur Operasi II Wika, mengungkapkan sebagai pelaksana site development and new jetty construction, Wika akan akan bersinergi dengan seluruh stakeholder dan mengerahkan seluruh kompetensi dan sumber daya dalam menyelesaikan proyek ini secara safe, tepat waktu, tepat budget, dan tepat kualitas.

“Dari sisi nilai proyek ini memang tidak terlalu siginifikan, tapi strategisnya penting karena ini proyek besar. Kalau kami gagal menyelesaikan tepat waktu dampaknya tidak menyenangkan dengan Pertamina, kita lakukan komitmen berdasarkan kerja sama yang baik selama ini dengan Pertamina,” tandas Bambang.(RI)