JAKARTA – Ancaman Iran yang sedang berkonflik dengan Israel dan Amerika Serikat untuk menutup selat Hormuz bisa menjadi masalah serius tidak hanya bagi dunia tapi juga Indonesia. Pasalnya pasokan minyak mentah yang berasal dari timur tengah memang melewati selat itu.
PT Pertamina International Shipping (PIS), subholding PT Pertamina (Persero) di sektor pelayaran, sudah mengantisipasi kemungkinan terburuk yang terjadi sebagai konsekuensi dari meningkatnya ketegangan di timur tengah.
Muhammar Baron, Corporate Secretary PIS, mengatakan pengawasan terhadap rute kapal-kapal PIS sudah ditingkatkan selain itu beberapa rute alternatif juga disiapkan untuk memastikan pengiriman minyak mentah ke tanah air tetap aman.
”PIS memastikan seluruh kapal yang beroperasi di rute internasional dalam kondisi aman. PIS juga telah menyiapkan sejumlah rute alternatif untuk menjamin kelangsungan rantai pasok. Jadi, beberapa alternatif tersebut adalah melalui pelabuhan di wilayah Oman atau kita cari jalur di Amerika dan India,” kata Baron saat ditemui akhir pekan lalu di Jakarta.
Selat Hormuz memang jadi jalur utama pelayaran kapal-kapal PIS karena mampu memangkas jarak sehingga biaya logistik tidak tinggi. Jika menggunakan jalur alternatif maka ada potensi peningkatan dari sisi biaya karena kapal harus memutar.
“Kita belum menghitung secara detail atas konteks hal tersebut. Yang kita bisa lakukan memang mengantisipasi dengan skenario-skenario yang mungkin terjadi di area tersebut,” ujar dia.
Baron memastikan seluruh kapal tanker milik PIS yang mengangkut energi sejauh ini dalam kondisi aman. Perusahaan, kata dia, terus meningkatkan kewaspadaan dan pemantauan intensif terhadap operasional kapal, terutama yang melintas di wilayah rawan konflik.
Sejumlah rute alternatif yang disiapkan mencakup pelabuhan-pelabuhan di wilayah Oman, serta jalur pelayaran melalui Amerika Serikat dan India.
“Perusahaan juga telah menyiapkan sejumlah rute alternatif untuk menjamin kelangsungan rantai pasok. Beberapa alternatif tersebut antara lain: pelabuhan di wilayah Oman, Amerika Serikat, dan India,” ujar Baron.
Arcandra Tahar, Mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), menjelaskan sekitar 20% ekspor minyak mentah dan 20% ekspor LNG melewati Selat Hormuz. “Kalau Iran menutup selat ini, maka dapat dibayangkan apa yang terjadi terhadap harga minyak dan LNG ke depan. Ada yang berspekulasi bahwa harga minyak mentah bisa naik diatas US$ 90 per barrel,” ungkap Arcandra dalam akun instagramnya.
Menurut dia bagi negara-negara pengimpor minyak mentah dan LNG harus mulai memitigasi resiko terburuk yang mungkin terjadi. Naiknya harga minyak dan LNG bukan lagi masalah ketiadaan produksi tapi sudah menyentuh masalah keamanan rantai pasok. “Inilah esensi dari energy security dimana untuk mengamankan kebutuhan energi didalam negeri, maka institusi negara hadir tidak saja dalam mencari sumber minyak tapi juga mengamankan rantai pasoknya,” ungkap Arcandra.
Komentar Terbaru