JAKARTA – PT Pertamina (Persero) memproyeksi kebutuhan fatty acidmethyl ester (FAME) atau biodiesel pada 2016 seiring penerapan mandatory biodiesel 20% (B-20) sebesar 5,14 juta kiloliter (KL) atau setara 26 juta KL biosolar.

Wianda Pusponegoro, Vice President Corporate Communication Pertamina, menyebutkan kebutuhan FAME perseroan tahun depan terdiri dari 2,7 juta KL untuk kebutuhan PSO, 1,26 juta KL untuk kebutuhan pembangkit listrik dan 1,12 juta KL untuk kebutuhan Non PSO.

“Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, sinergi strategis Pertamina dengan para pelaku utama, baik pemerintah dan produsen FAME di Indonesia sangat diperlukan,” ujar dia di Jakarta, Jumat.

Penyerapan FAME diyakini sangat menguntungkan semua pihak, karena ini merupakan langkah penting bagi Indonesia untuk dapat mengurangi ketergantungan terhadap impor solar dan juga membuka lapangan kerja karena industri hilir sawit di Tanah Air lebih bergairah.

Wianda menegaskan kesiapan Pertamina dalam penyediaan sarana dan fasilitas untuk pelaksanaan mandatori BBN. Sebanyak 63 Terminal BBM utama di 31 kota telah siap menampung dan menjadi titik-titik pendistribusian ke seluruh pelosok negeri.

Pertamina, hari ini (20/11), menandatangani kontrak kerja sama pengadaan FAME dengan 11 badan usaha produsen bahan bakar nabati di Indonesia dengan total volume 1,84 juta kiloliter (KL). FAME tersebut akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan periode November 2015 hingga April 2016.

Menurut Wianda, penandatangankontrak FAME ini merupakan bukti konkret kepatuhan Pertamina kepada kebijakanpemerintah c.q. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, yaitu mandatory BBN. Pemerintah telah menetapkan mandatory kadar BBN sebesar 15% pada tahun ini dan 20% pada 2016.

“Dengan penandatanganan kontrak ini Pertamina kembali membuktikan komitmen tingginya untuk mematuhi kebijakan yang sudah ditetapkan pemerintah mengenai pemanfaatan FAME sebagai BBN. Kami memberikan apresiasi yang tinggi kepada 11 badan usaha produsen FAME nasional yang telah mencapai kesepakatan dengan Pertamina untuk memasok kebutuhan FAME untuk produk biosolar Pertamina,” ungkap Wianda.

Pertamina telah menyalurkan biosolar dengan kadar campuran FAME (B-7,5) sejak 2009 denganvolume meningkat secara bertahap. Pada tahun 2014, total penyaluran FAME mencapai 1,5 juta KL atau setara dengan 13,6 juta KL biosolar mencakup kebutuhan PSO, Non PSO dan pembangkit listrik.

Saat ini, Pertamina telah menyalurkan biosolar dengan persentase FAME sebesar 15 persen. Total penyerapan FAME hingga 31 Oktober 2015 mencapai sekitar 300 ribu KL dan ditargetkan dapat mencapai 966.785 KL pada akhir tahun, atau setara dengan 5,98 juta KL biosolar.(AT)