JAKARTA – Pertamina EP, anak usaha PT Pertamina (Persero) di sektor hulu migas memproyeksikan perbaikan kinerja operasi pada kuartal II 2019. Saat ini Pertamina EP masih tiga besar produsen minyak dan empat besar produsen gas di Indonesia.

Chalid Said Salim, Direktur Operasi dan Produksi Pertamina EP, mengatakan terdapat tantangan dalam mengejar lifting migas sesuai dengan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2019.

“Terdapat beberapa faktor yang menjadi tantangan dalam memenuhi target produksi yang telah ditetapkan antara lain natural decline serta faktor-faktor teknis dan non teknis lainnya yang mempengaruhi besaran produksi migas tersebut,” kata Chalid di Jakarta, Senin (13/5).

Pada kuartal II, Pertamina EP menargetkan lifting migas tumbuh sekitar 1% dibanding realisasi pada kuartal I tahun ini.

“Pada April ini pencapaian lifting minyak PEP mengalami kenaikan menjadi 79,364.50 barel per hari (BPH) atau sekitar 95% dengan produksi minyak sebesar 82,265 BPH atau sekitar 98,6 %,” ujar Chalid.

Angka lifting minyak Pertamina EP ditargetkan akan terus diupayakan naik dan diharapkan pada akhir kuartal II akan naik secara signifikan.

Menurut Chalid, Pertamina EP akan terus berusaha untuk memenuhi target yang telah ditentukan dengan strategi percepatan rencana kerja pemboran , work over, well intervention, well optimization, dan penerapan full development secondary recovery.

“Tentunya PEP membutuhkan koordinasi dan dukungan dari pemangku kepentingan untuk mendukung kelancaran kegiatan operasional agar dapat mencapai target yang sudah ditetapkan,” ungkap Chalid.

Pada kuartal I 2019 produksi minyak Pertamina EP sebesar 82,139 BPH dari target sebesar 83,346 BPH atau sekitar 98.6%. Sementara realisasi capaian rata-rata lifting minyak sebesar 78,088 BPH atau sekitar 94%. Untuk realisasi produksi gas sendiri sebesar 972,46 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) dengan angka lifting sebesar 799.81 atau sekitar 96%.

Peningkatan aktivitas proses lifting juga berpengaruh dalam realisasi capaian jumlah lifing minyak. Perusahaan juga telah menyiapkan beberapa strategi dalam lifting.

Chalid sebelumnya mengatakan proses lifting menjadi concern perusahaan pada tahun ini dan telah mengusulkan strategi lifting baru kepada Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas).

“Kami diskusi soal ini dengan SKK Migas, apakah dengan pemindahan titik serah. Contohnya, untuk minyak Pangkalan Susu, jadwal kami dua bulan sekali. Untuk menunjang itu kami lakukan Januari. Misalnya 200 ribu barel, jadi 89 ribu barel,” kata Chalid.(RI)