MAKASSAR– Mengenakan baju dan kerudung warna merah marun, Suryani (60 tahun) tampak sumringah. Permohonan modal kerja usahanya yang diajukan lewat Program Kemitraan (PK) disetujui Pertamina Marketing Operation Region VII, unit bisnis PT Pertamina (Persero) dengan wilayah operasi di Pulau Sulawesi.

“Ini pinjaman ketiga, saya mengajukan pinjaman Rp50 juta. Enam tahun lalu saya meminjam Rp30 juta, lalu tiga tahun kemudian pinjam lagi Rp50 juta untuk modal usaha,” ujar Suryani di Makassar, Selasa (25/2) siang.

Suryani adalah pemilik usaha kopi asal Enrekang, salah satu kabupaten di Sulawesi Selatan. Dengan bendera UKM Maghfira Baroko yang sudah ditekuninya belasan tahun, tahun ini Suryani kembali mengajukan pinjaman bergulir sangat lunak melalui program kemitraan Pertamina. Sebuah program pemberian modal usaha bergulir dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bagi sektor usaha mikro, kecil dan menengah.

Berbekal modal dari Pertamina itulah, Suryani mengaku usahanya tumbuh pesat. Dari semula menggunakan alat sederhana dengan produksi 5 kg kopi/minggu, kini pabrik kopinya yang sudah dilengkapi mesin roasted lumayan canggih mampu memproduksi hingga 1 ton dalam satu bulan. “Dulu tidak punya pekerja, sekarang punya enam karyawan, bahkan kalau lagi musim panen kopi, bisa 30 karyawan,” jelasnya.

Uniknya, produk yang diolah Suryani adalah Kopi Kalosi tergolong kopi yang memiliki sejarah panjang lantaran sudah terkenal sejak jaman penjajahan Belanda. Perkebunan Kopi Kalosi terletak di ketinggian sekitar 1.500 meter di atas permukaan laut. Jenisnya adalah arabika yang cita rasanya lebih kaya dan kandungan kafeinnya tidak terlalu tinggi. “Kopi dengan cita rasa unik ini diharapkan menjadi pesaing Kopi Toraja yang telah lebih dahulu mendunia,” ujarnya.

Kopi Kalosi merupakan kopi primadona asal Kabupaten Enrekang. Karakternya yang membuatnya berbeda dibandingkan Kopi Toraja adalah rasa masam buah yang meninggalkan rasa manis setelahnya. Biji kopinya memiliki body medium dengan sedikit rasa rempah-rempah. Varietas ini punya potensi pangsa pasar yang cukup menjanjikan.

Menurut Suryani, wilayah pemasaran produk kopinya saat ini semakin luas. “Dalam negeri sudah menjangkau Pulau Jawa, Bali, Kalimantan hingga Papua. Selain itu juga kami mulai ekspor kecil-kecilan ke luar negeri seperti Jepang dan Kanada,” ujarnya. Beberapa pameran dalam negeri yang difasilitasi Pertamina pun pernah diikutinya.

Hatim Ilwan, Unit Manager Communication & CSR Pertamina (Persero) Marketing Operation Region VII, mengatakan Pertamina sejak awal sangat mendukung usaha Ibu Suryani dengan Kopi Kalosinya. Selain memiliki nilai sejarah panjang, jenis kopi yang diolahnya pun berkualitas. “Kami ingin memperkenalkan lebih luas lagi dan Pertamina ingin menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam mendunianya kopi Kalosi,” ujarnya.

Hatim Ilwan, Unit Manager Communication & CSR Pertamina (Persero) Marketing Operation Region VII, berdialog dengan Suryani, penerima bantuan kemitraan Pertamina yang bisnis pengolahan kopi kalosi. 

Salah satu kontribusinya, lanjut Hatim, Suryani menjadi salah satu mitra binaan yang kembali mendapatkan bantuan modal usaha lewat Program Kemitraan Pertamina. “Hari ini Pertamina MOR VII menyalurkan bantuan sebesar Rp 1,1 miliar bagi 21 orang calon wirausahawan sukses, salah satunya Ibu Suryani,” kata Hatim. Para penerima bantuan modal itu berasal dari Kota Makassar, Kabupaten Gowa, Toraja Utara dan Enrekang.

Hatim mengatakan, penyaluran bantuan modal inimerupakan penanda bergulirnya kembali Program Kemitraan Pertamina pada 2020. “Jumlah bantuan modal yang akan kami salurkan tahun ini mencapai Rp 16 miliar yang terbuka bagi semua pemilik UMKM di Sulawesi,” ujarnya.

Menurut dia, keuntungan yang didapat dari menjadi mitra binaan Pertamina sangat banyak dengan persyaratan yang mudah dipenuhi. “Penjelasan singkat mengenai Program Kemitraan Pertamina bisa dibaca di website kami www.pertamima.com/id/PKBL,” katanya. (DR)