JAKARTA– Lagi, salah satu perusahaan terafiliasi PT Pertamina (Persero) menunjukkan performa positif. Kali ini giliran PT Pertamina Gas (Pertagas) yang mencatatkan laba bersih US$ 147 juta atau setara Rp 2,1 triliun (kurs Rp14.200 per dolar AS) pada 2018, naik 4,2% dibandingkan 2017 yang tercatat US$ 141 juta.

Wiko Migantoro, Direktur Utama Pertagas, mengatakan kinerja keuangan perusahaan yang moncer sepanjang tahun lalu tidak lepas dari kinerja operasional yang terbilang cukup positif. Salah satu faktor yang mendorong raihan laba bersih adalah optimalisasi bisnis gas Pertagas, di antaranya regasifikasi di terminal regasifikasi Arun di Aceh yang dikelola oleh anak usaha Pertagas, yaitu PT Perta Arun Gas. Di luar itu juga adanya peningkatan kinerja produksi dan harga Liquefied Petroleum Gas (LPG) yang dikelola juga oleh anak usaha Pertagas, PT Perta Samtan Gas.

“Optimasi di bisnis infrastruktur regas di Arun, sama di LPG ada peningkatan di produksi dan harga jual,” ujar Wiko.

Sepanjang tahun lalu, Pertagas juga mencatatkan peningkatan volume transportasi gas. Namun, Wiko tidak merinci berpa peningkatan volume yang diperoleh.
Tahun ini Pertagas memproyeksikan raihan laba bersih berkisar US$ 150 juta – US$ 160 juta, jauh di atas proyeksi Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) yang ditetapkan hanya sebesar US$129 juta.

“Kami tentunya ingin lebih tinggi (laba bersih), US$ 150 juta sia, US$ 160 juta juga siap. RKAP jauh lebih rendah, kan ditetapkan pertengahan tahun ketika kondisi belum stabil itu US$ 129 juta. Kalau US$ 160 juta itu cita-cita kita,” ujarnya.

Untuk mengejar target keuangan tersebut Pertagas akan mengandalkan kegiatan transportasi gas yang diharapkan meningkat pada tahun ini seiring telah rampungnya beberapa proyek pipa gas. Pertama adalah pipa ruas Grissk ke Pusri (PT Pupuk Sriwijaya) dengan panjang 176 Km dengan diameter 20 inchi. Proyek pipa lainnya yang segera rampung adalah pipa Duri-Dumai berdiameter 24 inci sepanjang 67 kilometer akan dibentangkan dari Duri sampai Dumai.

“Kami ada beberapa ruas pipa yang baru Grissik-Pusri akhir desember lalu, Duri -Dumai awal maret onstream,”ungkap Wiko.

Masih di tahun ini, Pertagas mulai memasok kebutuhan gas secara full untuk Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) Sambera, Nabire dan Ternate. Semuanya menggunakan metode small scale LNG.

“Kemudian ada LNG small scale retail yang cukup maju, di Sambera full kapasitas 8 mmscfd, terus kami mulai pasok Nabire, Ternate itu LNG retail yang ini 40 feet biasanya sebelumnya kita hanya pakai 20 feet ukuran isi tank nya,” ujar dia. (RI)