JAKARTA – Indonesia ditetapkan menjadi pilot country untuk pengembangan teknologi nuklir guna mengatasi masalah limbah plastik. International Atomic Energy Agency (IAEA) menyatakan tengah mengembangkan program Nuclear Technology for Controlling Plastic Pollution (NUTEC Plastic) untuk mendukung negara-negara anggotanya mengintegrasikan teknologi nuklir dan teknologi turunannya dalam menjawab permasalahan limbah plastik.

Tujuan utama dari program NUTEC Plastic adalah untuk meningkatkan kesadaran global atas meningkatnya jumlah timbulan dan dampak limbah plastik di lautan. Selain itu, program ini juga bertujuan untuk meningkatkan metode produksi dan daur ulang plastik melalui penggunaan teknik radiasi sebagai komplemen atas praktek produksi yang telah ada.

IAEA meminta Indonesia untuk menjadi pilot country bagi tiga fase demonstration project NUTEC Plastic, yaitu fase 1 penguatan penanganan limbah plastik di sektor hilir, fase 2 pembangunan demo plant, dan fase 3 upstreaming pemanfaatan teknologi iradiasi penanganan limbah plastik.

“Teknologi iradiasi memang powerful untuk ikut menangani limbah plastik, termasuk bahkan membuat plastik ramah lingkungan. Namun, fasilitas ini hanya di Batan (Badan Tenaga Nuklir Nasional) sehingga keterbatasan tersebut menjadi tantangan kalau mau discale-up menjadi kegiatan nasional,” ungkap Djarot Whisnubroto, Mantan Kepala Batan, kepada Dunia Energi, Kamis (20/5).

Djarot mengungkapkan masalah lainnya yang dimungkinkan terjadi adalah adanya fobia terhadap energi nuklir dan radiasi di kalangan masyarakat.

Mulai tahun 2020 hingga 2024 Batan akan mengkaji dan melakukan penelitian pengembangan komposit plastik yang terbuat dari komposit serat selulosa dan mikroplastik radio-trace serta radioekologi akuatik.

Batan sejak lama telah berkolaborasi dengan IAEA dalam penggunaan energi nuklir untuk penggunaan damai, yang kemudian menjadikan IAEA menunjuk Batan sebagai pusat kolaborasi untuk makanan dan industri. Selanjutnya, Batan akan terus mengkaji dan meneliti komposit plastik kayu dengan menggunakan serat berbasis kelapa sawit.

Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi (PAIR) Batan juga telah menyiapkan dokumen rencana implementasi proyek NUTEC Plastic sebagai dasar endorsement bagi Indonesia menjadi pilot country. Melalui program ini diharapkan penggunaan iradiasi (polimerasi) dalam daur ulang limbah plastik dapat dikembangkan lebih lanjut melalui sektor industri pada skala ekonomi.

“Perlu dibangun fasilitas iradiasi di berbagai tempat di Indonesia. Minimal lima fasilitas. Mengenai fobia nuklir, perlu sosialisasi oleh BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional) lebih masif dibanding yang dilakukan Batan selama ini,” kata Djarot.(RA)