JAKARTA– General Electric, perusahaan penyedia teknologi energi, menilai kebijakan pemerintah Indonesia untuk menunda pengembangan infrastruktur ketenagalistrikan perlu dipertimbangkan dalam upaya menstabilkan nilai tukar rupiah. David Hutagalung, Country Director GE Power Indonesia, mengatakan penundaan proyek listrik jangan merusak program besar pengembangan 35 ribu megawatt (MW).

Program pembangkit listrik 35 ribu MW merupakan program positif dan mendapat sorotan dunia. Seluruh pemangku kepentingan ketenagalistrikan tentu menyambut program tersebut. Pasalnya, pengembangan infrastruktur listrik itu memberi peluang dari sisi pendanaan, teknologi, hingga pengadaan dan konstruksinya. “Saat ini adalah momentum yang baik, jangan sampai keyakinan yang ada hilang, takutnya,” katanya.

GE menurut David siap berkomunikasi dengan pemerintah terkait rencana kebijakan yang akan digulirkan sebagai upaya menjaga iklim investasi.

“Kalau boleh kami dari industri diajak diskusi. Semangatnya untuk memberikan pandangan,” ujarnya.

Masyarakat Ketenagalistrikan Indonesia (MKI) juga menilai langkah pemerintah melakukan penundaan sejumlah proyek infrastruktur kelistrikan bukanlah solusi tepat untuk menstabilkan nilai tukar rupiah yang melemah. Heru Dewanto, Sekjen MKI, mengatakan kondisi nilai tukar rupiah yang melemah bersifat hanya sementara, berbanding terbalik dengan proyek infrastruktur kelistrikan yang sifatnya jangka panjang. Apalagi fluktuasi rupiah bersifat jangka pendek sehingga harus dicari solusi jangka pendek juga.

Heru Dewanto, Sekjen MKI. (foto: dokumentasi Dunia-Energi)

“Di sisi lain, pembangunan infrastruktur seperti pembangkit itu kan rencana, pengembangan sampai operasinya jangka panjang. Dampaknya bisa jangka panjang, misalnya kurangnya suplai listrik ke depan,” jelas dia.

Heru berharap pemerintah mempertimbangkan dengan matang langkah menunda proyek listrik lantaran dampaknya secara komersial terhadap perusahaan pengembang dan masyarakat yang menikmati listrik. (RA)