JAKARTA – Pengendalian kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) diklaim dapat memacu penurunan emisi gas rumah kaca (GRK). Dalam hal Ini, pemerintah melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) berupaya mengedepankan pencegahan sebagai paradigma baru dalam upaya pengendalian karhutla di Indonesia.

Basar Manulang, Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Kementerian LHK, mengatakan untuk mewujudkan Indonesia dengan langit biru dan bebas asap, maka pengendalian karhutla membutuhkan upaya bersama.

“Peningkatan sinergitas harus terus dilakukan untuk mewujudkan Indonesia yang memiliki langit biru dan bebas asap,” kata Basar, Selasa (6/10).

Basar mengatakan sejak fase pra-krisis hingga fase krisis saat ini, tim gabungan pengendalian karhutla beserta masyarakat masih terus bersinergi dan menghasilkan luasan kebakaran hutan dan lahan yang lebih rendah dari tahun sebelumnya.

Berdasarkan Satelit NOAA, dibandingkan periode yang sama 2019, terdapat penurunan jumlah hotspot sekitar 90,55%, sementara pantuan Satelit Terra/Aqua (NASA) menunjukkan penurunan 91,54%.

Kejadian beberapa titik kecil karhutla seperti di Pulau Jawa terbaru tidak dibiarkan meluas dan langsung berhasil dipadamkan berkat sinergi tim gabungan pengendalian karhutla.

“Keadaan seperti ini tidak membuat kami lengah. Kerja lapangan terus dilakukan oleh satgas karhutla bersama masyarakat, terutama di wilayah Jawa. Kemarau yang terjadi pada bulan Agustus hingga Oktober ini, terus kami waspadai terutama beberapa titik kecil karhutla di wilayah yang curah hujannya masih rendah,” ujar Basar.

Fachri Radjab, Kepala Meteorologi Publik Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), mengatakan prakiraan curah hujan di wilayah Jawa pada Oktober pada umumnya berada pada kategori rendah – menengah, sementara pada November – Desember curah hujan umumnya berada pada kategori menengah – tinggi.

Prakiraan sifat hujan di wilayah Jawa pada Oktober – November bervariasi dengan kategori bawah normal – atas normal, kemudian pada Desember kategori hujan dominan bawah normal – normal.

Daerah dengan Hari Tanpa Hujan (HTH) lebih dari 30 hari terpantau di Jawa Tengah (Kebumen), Yogyakarta, dan sebagian besar Jawa Timur. Berdasarkan Sistem Peringatan Dini Kebakaran Hutan BMKG (SPARTAN BMKG) untuk periode Tanggal 6 – 11 Oktober 2020, terpantau potensi karhutla di sebagian wilayah Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta dan Jawa Timur.

HTH perlu menjadi kewaspadaan kaitannya dengan kekeringan dan kebakaran hutan dan lahan.

“Kami sangat sepakat dengan paradigma baru bahwa pengendalian kebakaran hutan dan lahan fokusnya adalah mengantisipasi sebelum terjadinya karhutla. Itulah mengapa sebelum musim hujan berakhir kita sudah melakukan TMC. Tujuannya adalah untuk menjaga lahan tetap basah. Ini sebuah langkah terobosan yang sangat baik dan kami dukung terus,” ungkap Fachri.

Joko Sunarto, Kepala Divisi Regional Jawa Timur Perum Perhutani yang diwakili oleh Wakil Kepala Divisi Regional Jawa Timur Perum Perhutani, mengatakan dalam pencegahan dan pengendalian karhutla ini, di lapangan sudah sering melakukan kegiatan-kegiatan berupa pencegahan maupun pengendalian. Dalam pencegahan ini, sinkronisasi pusat dan daerah juga terus dilakukan antara satgas dalkarhutla propinsi dan dalkarhutla KPH Perhutani.

Pudjiadi, Kepala Balai Taman Nasional Baluran, menjelaskan bahwa di Taman Nasional Baluran terjadi tren karhutla yang menurun. Upaya pengendalian kebakaran di kawasan taman nasional juga terus ditingkatkan melalui penguatan brigade pengendalian kebakaran yg beranggotakan staf lapangan taman nasional dan Masyarakat Peduli Api (MPA).(RA)