JAKARTA – Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Peusangan (88 MW) di Aceh Tengah, Provinsi Aceh bakal segera rampung dan akan menjadi PLTA pertama yang beroperasi di Aceh.

Jisman P. Hutajulu, Direktur Jenderal Ketenagalistrikan, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengungkapkan pemerintah meminta pelaku usaha bisa mencapai target penyelesaian pembangunan pada tahun ini.

“PLTA Peusangan merupakan PLTA pertama di Provinsi Aceh dan saat ini progreas fisik di lapangan telah mencapai 94,71% yang direncanakan Commercial Operation Date (COD) unit 1 (45 MW) pada akhir 2024 dan unit 2 (43 MW) pada Mei 2025,” ujar Jisman, Jumat (26/4).

PLTA Peusangan memiliki peran sebagai pembangkit baseload, menurunkan Biaya Pokok Penyediaan (BPP) tenaga listrik, meningkatkan keandalan sistem, berkontribusi dalam Bauran EBT sebesar 0,61% dalam mencapai target bauran nasional dan untuk jangka panjang akan menurunkan konsumsi LNG di Sumatera Utara.

Jisman berharap untuk dapat COD sesuai target, karena dari segi pembebasan lahan, konstruksi, sudah di angka lebih dari 90%. Ia menyebut bahwa tantangan ke depan di sektor ketenagalistrikan, bukan hanya terkait masalah keandalan, efisiensi dan harga listrik yang murah, namun juga masalah lingkungan, yang berimbas kepada tuntutan pengelolaan emisi dan peningkatan penggunaan energi bersih.

“Harapannya nanti di akhir Desember sudah jadi. Ini penting buat negara, PLN dan juga masyarakat. Buat negara jelas pemerintah mendukung dekarbonisasi dan net zero emmision, dan kita mau mengurangi emisi di negara kita serta support pengurangan emisi di dunia,” ungkap Jisman.

PLTA Peusangan akan menjadi salah satu tulang punggung pemanfaatan energi bersih di Pulau Sumatera, karena memiliki peranan yang sangat penting dalam pemenuhan kebutuhan tenaga listrik, khususnya untuk di Provinsi Aceh dan Sumatera Utara.

Wiluyo Kusdwiharto, Direktur Mega Proyek dan Energi Baru Terbarukan PT PLN (Persero), menyatakan bahwa PLTA Peusangan merupakan proyek PLTA terlama sepanjang sejarah.

“Dari 1994 dimulai dengan pekerjaan preparasi dan sempat terhenti pada 1996 karena ada masalah sosial politik. Kemudian kembali dilanjutkan 2011, dan hingga 2024 progress-nya sudah mencapai 94%,” ungkap Wiluyo.

Dia mengatakan masalah pembangunan PLTA Peusangan secara teknis sudah bisa dituntaskan dan saat ini hanya menyelesaikan isu terkait masalah sosial. “Untuk itu PLN akan melakukan sosisalisasi kepada masyarakat terkait dengan dampak dan manfaat adanya PLTA Peusangan,” kata Wiluyo.

Pendanaan PLTA Peusangan saat ini dibiayai oleh pendanaan dari JICA Jepang. Dalam perencanaannya, listrik yang dihasilkan dari PLTA Peusangan akan dievakuasi melalui jalur transmisi 150 kV PLTA Peusangan 1 – Takengon dan transmisi 150 kV PLTA Peusangan 2 – Bireun dan distribusi 20 kV Takengon Utara – Takengon Selatan yang saat ini telah selesai pembangunannya.(RI)