JAKARTA– Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE), makin fokus dalam pengembangan energi terbarukan yang ramah lingkungan melalui berbagai aksi korporasi. Hal ini sesuai dengan visi Pertamina NRE, yaitu memberdayakan manusia dan planet dengan energi hijau.

“Misi kami adalah memimpin transisi energi dan menjadi pemimpin dalam solusi rendah karbon, energi terbarukan, dan bisnis hijau masa depan di kawasan melalui inovasi dan inisiatif terobosan untuk menciptakan nilai bagi pemangku kepentingan,” ujar Nareswari Sumarsono, Manager Strategic Partnership and Marketing & Head of Carbon Business Pertamina NRE saat berbicara pada Seminar Green Campus bertema Sustainable Green Design and Energy Efficiency yang diselenggarakan Himpunan Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Lingkungan (Himpasiling) Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia di Gedung IASTH, Kampus UI, Salemba, Jakarta, Sabtu (9/3/2024).

Selain Nareswari, pembicara lain pada seminar yang dibuka Direktur SIL UI Tri Edhi Budhi Soesilo tersebut adalah Prof Hasroel Thayib, pakar sustainable green design.

Nareswari mengungkapkan, berbagai aksi korporasi dilakukan Pertamina NRE sebagai bentuk konsistensi pada energi hijau. Pertamina NRE saat ini mengembangkan Pembangit Listrik Tenaga Gas (PLTG) di Minas Gas Turbine Complex PT Pertamina Hulu Rokan di Riau yang ditargetkan memasuki tahap commisioning pada 2025. Pertamina NRE juga mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Rokan Fase Dua yang ditargetkan tuntas pada 2025. “Kami juga bersinergi dengan subholding Pertamina lainnya dalam proyek jasa energi lainnya, termasuk energy efficiendy and reliability enhancement,” katanya.

Tahun ini, lanjut Nares, Pertamina NRE juga memproyeksikan pengembangan bahan bakar hidrogen untuk kendaraan dan truk. Dalam pengembangan ini, PNRE akan memanfaatakan aset-aset stasiun pengisian bahan bakar gas Pertamina. “Kami juga menyiapkan pengembangan manufacture battere pack sebagai transisi akselerasi kendaraan listrik untuk transportasi umum” ujarnya.

Belum lama berselang, Pertamina NRE menjalin kemitraan strategis dengan berbagai pihak dalam pengembangan energi hijau, salah satunya dengan PT Perkebunan Nusantara III (PTPN III) untuk proyek komersialisasi kredit karbon. Kerjasama ini bertujuan untuk meningkatkan kontribusi terhadap upaya mengurangi emisi gas rumah kaca dan mendukung keberlanjutan lingkungan. “Kerja sama ini fokus pada komersialisasi kredit karbon dari Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBg) Sei Mangkei,” ujarnya.

PLTBg merupakan salah satu pembangkit Listrik dengan energi terbarukan yang dapat dihitung kredit karbonnya dari dua sisi, yaitu dari pembangkitan energi bersihnya serta dari tangkapan gas metana yang tak terlepas ke atmosfer. Kerja sama Pertamina NRE dan PTPN III sebenarnya telah dilakukan sejak 2019 dan ditingkatkan ke tingkatan lebih tinggi melalui komersialisasi kredit karbon dari PLTBg Sei Mangkei.

“Kami juga bekerja sama dengan PTPN dan SGN mengembangkan pabrik bioethanol di Pabrik Gula Jatiroto dan Glenmore dan juga mengembangkan wood pellet producing,” katanya.

Sementara itu, Hasroel Thayib, pakar sustainable green design, menilai saat ini banyak proyek yang salah dan tidak memperhatikan lingkungan. Banyak pembangunan yang melanggar lingkungan. Dia mencontohkan kesalahan adalah food estate dimana kita menanam jagung, padi, dan singkong. “Alam indonesia adalah ekosistem hutan. Kita mengubah hutan menjadi nonhutan dan padang rumput seperti padi, jagung, dan singkong yang aslinya bukan dari Indonesia,” katanya.

Hasroel juga berharap desain tidak hanya hanya sekadar hijau (green), tetapi harus sustain. Dia mencontohkan sagu yang memerlukan 10 tahun untuk dapat dipanen. Ketika sudah tumbuh tidak memerlukan perawatan lagi. “Sagu adalah tanaman hutan sehingga secara biaya lebih efisien. Kita harus mengembangkan yang sesuai dengan lingkungan kita,” katanya. (DR)