JAKARTA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) akan segera memanggil perusahaan yang sudah mengambil dokumen lelang blok migas 2018, namun sampai jadwal yang ditetapkan tidak mengembalikan atau mengajukan penawaran kembali.

Dari 19 blok migas yang dilelang ada lima blok yang diminati oleh tujuh perusahaan.

Ediar Usman, Direktur Pembinaan Hulu Kementerian ESDM, mengatakan pemanggilan dilakukan untuk mengetahui masalah sebenarnya yang dihadapi para investor.

“Nanti kami mau undang calon KKKS itu, apa masalahnya. Mereka sampaikan masalah, kami bantu selesaikan. Supaya bisa tetap lanjut,” kata Ediar di Kementerian ESDM Jakarta, Kamis (12/7).

Sebelum jadwal penutupan pengembalian dokumen lelang pada 3 Juli lalu, pemerintah terus berkomunikasi dengan para calon investor dan mendapat informasi bahwa calon investor minta waktu untuk mengevaluasi potensi dan keekonomian awal.

“Kami kasih datanya, tapi butuh waktu lagi untuk confidence,” tukas Ediar.

Lima blok migas yang sudah diminati dengan diaksesnya dokumen lelang adalah Air Komering, Onshore Sumatera Selatan, Bukit Barat Offshore Natuna, Andika Bumi Kita Offshore Jawa Timur, South East Mahakam, dan Ebuny di Sulawesi Tenggara.

Andika Bumi Kita menjadi WK migas yang paling diincar karena ada tiga perusahaan yang mengakses dokumen lelang.

Nilai keekonomian saat pengembangan blok menjadi faktor utama yang dijadikan bahan pertimbangan para investor.

Menurut Ediar, untuk bisa melakukan kajian secara detail dibutuhkan waktu. Apalagi jika ingin membedah keekonomian suatu blok.

Blok-blok migas yang ditawarkan pemerintah secara umum memiliki kualitas yang baik. Hanya saja keputusan dan strategi setiap perusahaan pasti berbeda-beda.Terlebih jika perusahaan peminat merupakan pemain baru di wilayah tersebut. Perusahaan eksisiting yang sudah memiliki fasilitas atau berpengalaman di sekitar wilayah yang dilelang mampu mendapatkan data lebih baik.

“Sudah kami siapkan dengan ahli-ahli bukan hanya dengan data. Ahli geologis sudah aman. Ini kesiapan mereka, memahami daerah itu tidak cepat, infrastruktur seperti apa,” tegas Ediar.(RI)