Arcandra Tahar, Wakil Menteri ESDM (Foto/Dunia-Energi/Tatan Agus RST)

JAKARTA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menaruh harapan besar terhadap temuan potensi cadangan dalam jumlah signifikan oleh Repsol di Blok Sakakemang. Maklum, sudah lama pemerintah tidak menerima kabar bagus terkait temuan cadangan migas dalam jumlah besar. Terakhir adalah Blok Cepu lebih dari 18 tahun lalu atau tepatnya pada 2001.

Arcandra Tahar, Wakil Menteri ESDM, mengatakan dari hasil studi awal diketahui bahwa karakteristik reservoir Blok Sakakemang serupa dengan yang ada di Blok Corridor. Kondisi itu  membuat dugaan adanya potensi cadangan migas semakin besar. Apalagi letak wilayah kedua blok tersebut sebenarnya juga saling berdekatan.

“Jenis reservoir sama, artinya ada play proven. Reservoar itu para geologis ingin membuktikan konsepnya benar atau tidak. Kalau benar, maka dites. Nah ini konsepnya fractured basement resevoar. Jenisnya sama dengan Corridor,” kata Arcandra ditemui di Kementerian ESDM Jakarta, Rabu (20/2).

Potensi cadangan ditemukan setelah dilakukan pengeboran oleh Repsol di sumur Kaliberau Dalam 2X (KBD2X) ditajak pada 20 Agustus 2018 dengan target fractured basement. Lokasi sumur berada sekitar 60 kilometer dari lapangan gas raksasa Suban.

Sejak 10 Februari hingga beberapa hari kedepan Repsol melakukan test produksi dengan hasil sementara laju alir test mencapai 45 juta kaki kubik per hari (MMSCFD).

Keberhasilan sumur KBD 2X diharapkan akan membuka eksplorasi dengan target fractured basement di Sumatera Selatan hingga ke Sumatera bagian tengah. Ditargetkan perhitungan terukur besaran cadangan gas di KBD 2X dan komersialisasi penemuan ini bisa rampung segera. Untuk itu, sumur deliniasi dari penemuan itu akan dilakukan pada 2019.

Menurut Arcandra, jika sesuai dengan harapan, maka bukan tidak mungkin akan menjadi temuan giant discovery setelah Blok Corridor. Pihak Repsol sendir terlihat sangat aktif dan intensif dalam melakukan berbagai kajian di Sakakemang dalam beberapa tahun terakhir.

“Mereka aktif sejak 2 tahun belakangan. Sangat aktif. Ini mereka akan bor lagi satu sumur sampai akhir tahun,” ungkap dia.

Bahkan jika temuan Repsol ini sudah terbukti, maka bukan tidak mungkin seluruh proyeksi pemerintah yang sudah dituangkan di dalam neraca gas bisa berubah seluruhnya. “Secara positifnya seperti itu (berubah neraca gas),” tukas Arcandra.

Repsol dalam keterbukaan informasinya mengklaim bahwa temuan di Sakakemang merupakan temuan potensi gas terbesar di Indonesia dalam 18 tahun terakhir dan satu dari 10 temuan terbesar di dunia dalam waktu satu tahun belakangan.

Menurut Arcandra, pemerintah akan membantu Repsol agar gas bisa diproduksikan lebih cepat. Wilayah Sakakemang yang berdekatan dengan beberapa wilayah kerja lain memberikan keuntungan terkait penggunaan fasilitas produksi yang mungkin saja bisa diintegrasikan. Selain efisiensi dari sisi biaya tentu akan menimbulkan efisiensi dari sisi waktu.

“Kalau kami bisa bantu early productionnya, infrastruktur, dan lain-lain. Kami harapkan lebih cepat di bawah lima tahun (setelah Plan of Development/PoD),” ungkapnya.

Sementara itu dalam laporannya, Andrew Harwood, peneliti Wood Mackenzie mengatakan berdasarkan hasil pengeboran yang dilakukan akhir  2018 lalu proyeksi cadangan gas yang diestimasi mencapai 1,5 TCF dan lebih dari 250 juta barel ekuivalen.(RI)