JAKARTA – Pemeriksaan makin geram dengan sikap Shell yang belum juga menutup kesepakatan dengan calon pembeli Participating Interest (PI). Sejauh ini ada PT Pertamina (Persero) yang paling dekat untuk menjadi pengganti Shell di proyek Abadi Masela.

Arifin Tasrif, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), menyatakan pemerintah sudah lebih tegas ke Shell dan meminta perusahaan asal Belanda itu segera merealisasikan pengalihan PI. Dia menuturkan sepak terjang Shell memang sangat mengecewakan pemerintah.

“Kita minta Shell sungguh-sungguh untuk ini, karena kita serius karena ini mengganggu transisi energi kita, mengganggu ketahanan energi kita ini yang krusial,” kata Arifin di kantor Kementerian ESDM, Rabu (31/5).

Menurut Arifin sikap Shell yang keras terhadap negosiasi harga PI sangat merugikan Indonesia. Indonesia seperti tersandera oleh sikap Shell.

“Karena sudah delay berapa tahun, harusnya 2027 sudah COD tapi dengan adanya ini kan mundur, padahal kita sudah kasih kesempatan, ok Shell you divest segera dicari, tapi jangan disandera kita,” tegas Arifin.

Blok Masela merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) yang hak partisipasinya dipegang oleh Inpex dan Shell. Namun Shell kemudian menyatakan keinginan untuk melepas hak partisipasinya. di Lapangan Abadi, sehingga harus dicari penggantinya. Sebelum menarik diri dari Blok Masela, Shell menguasai 35% saham participating interest (PI). Sisanya dikuasai Inpex sebesar 65%. Shell sendiri sebenarnya menjadi pemain kunci dalam pengembangan blok Masela karena memiliki teknologi membangun fasilitas pengolahan LNG berskala besar.

Pertamina digadang-gadang bakal menggandeng Petronas jika nanti resmi mengambilalih PI Shell di Masela. Investasi di Blok Masela butuh dana besar. Pada POD awal, nilai investasinya diestimasikan mencapai US$19,8 miliar dengan kapasitas fasilitas LNG mencapai 9,5 Metrik Ton Per Annum (MTPA) atau setara 1.600 juta kaki kubik per hari (MMscfd) serta gas pipa mencapai 150 MMscfd. Selain itu, Blok Masela diproyeksi menghasilkan kondensat 35 ribu barel per hari. Terbaru, investasinya diperkirakan bakal membengkak antara US$1,3-US$1,4 miliar untuk membiayai penerapan Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS). (RI)