JAKARTA – Pemerintah menyatakan tidak tertutup kemungkinan akan ada penurunan harga BBM jenis Pertamax yang dijual oleh PT Pertamina (Persero) jika memang ada penurunan harga minyak dunia.

Arifin Tasrif, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), menuturkan penurunan harga memang dimungkinkan untuk BBM, terutama untuk sementara ini adalah BBM jenis Pertamax.

Dia menilai apabila harga minyak terus merosot hingga mendekati US$70an per barel maka pemerintah akan meminta Pertamina untuk mengevaluasi harga Pertamax.

“Kalau Pertamax iyalah Pertamax kan harus begitu (ikuti pergerakan harga minyak),” ujar Arifin ditemui di Kementerian ESDM, Selasa (13/9).

Menurut Arifin, pemerintah tidak bisa langsung serta merta meminta Pertamina kembali turunkan harga Pertamax ketika harga minyak dunia mulai turun beberapa hari lalu lantaran sebelumnya pemerintah sebenarnya telah meminta Pertamina menahan agar harga Pertamax tidak dulu mengikuti harga minyak dunia yang terus melonjak agar tidak menambah beban masyarakat. Karena itu pemerintah akan memantau situasi pergerakan harga minyak terlebih dulu.

“Pertamax kan beberapa waktu lalu harganya ditahan Rp12.500 per liter tapi di akhir-akhir situasinya kan sudah memang berat situasinya,” ujar Arifin.

Harga minyak sendiri sudah beberapa hari terakhir terus alami penurunan hingga meninggalkan kisaran US$100an per barel. Namun hari ini harga minyak kembali merangkak naik. Dilansir reuters, Selasa (13/9, harga minyak mentah Brent naik 5 sen ke US$94,05 per barel. Sementara minyak West Texas Intermediate naik 7 sen ke US$87,85 per barel.

Nicke Widyawati, Direktur Utama Pertamina menyatakan pada dasarnya Pertamax sama seperti JBU lainnya seperti Pertamax Turbo, Dexlite atau Pertamina Dex dimana harganya dievaluasi oleh perusahaan. Namun demikian Pertamax tidak mengalami kenaikan saat harga minyak sedang tinggi-tingginya, ini untuk menghindari terjadinya migrasi dari Pertamax ke Pertalite yang berpotensi menambah beban subsidi.

“Sekarang kita lihat Pertamax kemudian pemerintah mengendalikan juga harganya karena kalau Pertamax disesuaikan dengan market price maka ini akan lebih banyak lagi yang ke Pertalite, which is membuat subsidi semakin naik,” kata Nicke belum lama ini di komplek parlemen.

, untuk Pertamax selisih harga yang ditetapkan saat ini dengan harga keekonomian ditanggung oleh Pertamina. ” Khusus Pertamax selisihnya itu yang menanggung Pertamina, jadi tidak diganti pemerintah, tidak ada. tidak masuk, JBT adalah Solar, JBKP Pertalite, untuk Pertamax itu JBU secara aturan namun kalau itu disesuaikan dengan harga pasar maka ini akan pindah ke Pertalite,” jelas Nicke.

Hal itu menurut dia yang membedakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan swasta. Pertamina diamanatkan untuk ikut membantu menjaga daya beli masyarakat. “Itu beban Pertamina. jadi jual rugi? ini kan secara bottom line secara per produk memang rugi, tapi kita jaga di bottom line jangan sampai bikin itu negatif. Kembali lagi, harus melihat pemerintah ada tiga yang harus balance, daya beli masyarakat, APBN sehat, badan usaha sehat,” jelas Nicke. (RI)