JAKARTA – Pemerintah berencana menurunkan tarif listrik untuk industri besar. Kebijakan tersebut diharapkan bisa mendorong peningkatan investasi.

Rida Mulyana, Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Mineral (ESDM), mengungkapkan  saat ini kajian penurunan tarif listrik bagi industri besar sedang dibahas bersama dengan PT PLN (Persero).

“Kami siap diskusi karena bisa diturunkan  PLN. Meskipun angkanya seperti ini, masih ada peluang untuk dinegosiasikan,” kata Rida di kantor Direktorat Jendral Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Jakarta, Jumat (20/12).

Data Kementerian ESDM menyebutkan, tarif listrik untuk industri besar saat ini sebesar US$ 7,47 sen per kWh. Harga ini masih lebih tinggi dibandingkan dengan Malaysia, tapi masih lebih rendah dari dibanding Thailand US$8,07 sen per kWh, dan Singapura US$ 12,42 sen per kWh. Serta Vietnam yang mencapai US$ 7,75 sen per kWh.

Syamsul Huda, Direktur Bisnis Regional Sulawesi dan Kalimantan PLN, mengatakan PLN bisa memberikan harga listrik yang terjangkau, termasuk bagi industri. Namun itu semua juga tergantung harga bahan baku atau harga dari sisi hulu.

Untuk mendukung rencana tersebut  dibutuhkan peran serta pemerintah dalam rangka intervensi harga bahan baku, seperti yang sudah dilakukan pada harga batu bara yang dipatok maksimal US$70 per ton untuk kebutuhan pembangkit listrik.

Kewajiban domestic market obligation (DMO) saat ini baru diterapkan pada komoditas batu bara. Bahan baku lainnya yang diharapkan menerapkan skema serupa adalah gas.

Dengan adanya DMO, otomatis perseroan tidak perlu bersaing dengan pelaku usaha asing dalam memperoleh pasokan gas dan batu bara sebagai bahan baku pembangkit listrik.

“Yang penting lebih rendah, tadi hanya sedikit lebih tinggi dari Malaysia. nah itu bagaimana bisa kita capai dengan catatan PLN dapatkan dukungan sisi hulu. untuk energi primer PLN dapatkan dukungan, bukanlah sesuatu yang sulit dicapai,” kata Syamsul.

Sementara itu, Sripeni Inten Cahyani, Pelaksana Tugas Direktur Utama PLN, mengatakan PLN diberi target dari pemerintah, ‎untuk membuat tarif industri besar Indonesia menjadi yang termurah di Asia Tenggara (Asean).

“Tentunya ini nggak main-main, kami nggak bisa hanya menarik angka saat ini,alhamdulilah lebih baik dari negara-negara Asean ini sangat tergantung dari asumsi kurs dan sebagainya,” kata dia.

PLN akan menyiasatinya dengan membangun transmisi untuk mengalirkan listrik dari pembangkit ‎yang biaya pokok produksinya murah ke wilayah yang masih menggunakan listrik dari pembangkit dengan biaya pokok produksi tinggi. “Upaya kerja keras kami yag akan kami wujudkan adalah pertama transmisi,” kata Inten.(RI)