JAKARTA – Pemerintah terus berupaya mendorong pengembangan potensi energi baru terbarukan (EBT). Arifin Tasrif, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengatakan potensi panas bumi di Indonesia sebesar 11 gigawatt (GW) dengan cadangan sebesar 17,5 GW sementara pemanfaatan terhadap potensi tersebut baru 7,4% atau sebesar 2,1 GW.

Sumber EBT dari energi surya (solar) potensinya sebesar 207 GWp dengan realisasi sebesar 0,1 GWp dan bayu/angin sebesar 60 GW dengan realisasi 0,2 GW. Untuk sumber energi air, mini hidro dan mikro hidro, Indonesia memiliki potensi sebesar 75 GW dan realisasi hingga saat ini sebesar 5,8 GW atau 7,9%.

“Untuk bioenergi, potensi sumber EBT ini sebesar 32 GW dan BBN sebesar 200 Ribu Bph dengan realisasi mencapai 1,9 GW atau 5,9%,” kata Arifin di Jakarta, Kamis (30/1).

Kementerian ESDM menargetkan nilai investasi EBT sebesar US$41,2 miliar untuk periode 2020 – 2025.

Arifin mengatakan, prospek pengembangan pembangkit EBT pada tahun 2020 adalah sebesar 687 MW, tahun 2021 sebesar 1.001 MW, tahun 2022 sebesar 1.922 MW, tahun 2023 sebesar 1.778 MW, tahun 2024 sebesar 3.664 MW, dan tahun 2025 8.363 MW.

“Total tambahan pembangkit EBT selama periode 2020 – 2025 adalah 17. 413 MW,” katanya.

Pemerintah juga melaksanakan pembangunan Green Refinery di RU III Plaju dengan mengolah CPO melalui proses hydrorefining (H2 & katalis) untuk menghasilkan green diesel HVO yang ditargetkan on stream pada tahun 2024.

“Perusahaan energi baru terbarukan Masdar yang berbasis di Abu Dhabi akan bermitra dengan PT Pembangkitan Jawa Bali Investasi (PJBI) membangun PLTS Terapung Cirata berkapasitas 145 mega watt peak (MWp). Investasi di pembangkit ini senilai US$ 129 juta. Penandatanganan PPA telah dilaksanakan pada 12 Januari 2020 di Abu Dhabi,” tandas Arifin.(RA)