JAKARTA – PT PLN (Persero) akan secara formal melakukan penandatanganan perjanjian jual beli gas (PJBG) Tangguh dengan BP untuk memasok kebutuhan Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Jawa 1 pada pekan ini.

“PLTGU Jawa 1 sudah selesai, Rabu ini (17/5) akan ditandatangani PJBG-nya,” kata Nicke Widyawati, Direktur Perencanaan Korporat PLN di Jakarta, Senin (15/5).

BP merupakan pemasok gas utama untuk PLTGU Jawa 1. Gas diperoleh dari produksi Tangguh Train 3 yang saat ini siap memasuki tahapan konstruksi. Untuk harga gas ditetapkan sebesar 11,2% dari ICP + US$ 0,4 / MMBTU. Harga gas diklaim sebagai harga termurah yang didapatkan untuk keperluan pembangkit listrik.

Supangkat Iwan Santoso, Direktur Pengadaan PLN, sebelumnya mengatakan harga gas untuk PLTGU Jawa 1 merupakan harga paling murah karena masih dibawah harga yang diatur dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor 11 Tahun 2017 tentang Pemanfaatan Gas Bumi untuk Tenaga Listrik yang mengatur bahwa PLN bisa membeli gas bumi dengan harga paling tinggi 11,5% ICP per MMBTU.

Selain itu, harga yang disepakati juga lebih murah dari harga gas dari Nusantara Regas (NR) yang juga memasok ke pembangkit listrik PLN. “ Harga dari NR itu 11,25% dari harga ICP+ US$ 0,7 per MMBTU. Jadi yang paling murah memang yang ini (PLTGU Jawa 1),” kata Iwan.

PLTGU Jawa 1 merupakan salah satu pembangkit listrik terbesar yang akan dibangun di Indonesia dengan kapasitas 1.760 MW dan akan dibangun oleh konsorsium PT Pertamina (Persero), Marubeni Corporation, dan Sojitz Corporation. Konsorsium yang dipimpin Pertamina berhasil memenangi dan menandatangani PPA proyek IPP PLTGU Jawa -1 dengan nilai sekitar US$ 1,8 miliar.

PLTGU Jawa 1 adalah proyek pembangkit listrik berbasis gas pertama di Asia dan terbesar di Asia Tenggara yang mengintegrasikan Floating Storage and Regasification Unit (FSRU) dengan PLTGU Combined Cycle Gas Turbine (CCGT). PLTGU Jawa 1 akan dibangun di Cilamaya, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, sekitar 60 km arah timur Jakarta.(RI)