JAKARTA – Konsumsi listrik di wilyah Jawa Bali belum kembali normal pasca pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu). Haryanto WS, Direktur Bisnis Regional Jawa Bagian Barat PT PLN (Persero), mengatakan daya mampu sistem kelistrikan Jawa Bali sebesar 34.669 megawatt (MW), dengan beban puncak saat siang di Jawa-Bali pada 17 April sebesar 18.087 MW, turun sekitar 6 ribu MW dari kondisi normal. Untuk malam hari beban puncak mencapai 21.044 MW.

“Untuk Jawa-Bali, beban malam turun sekitar 5.000 MW. Jadi ini cukup signifikan‎,” kata Haryanto di Jakarta, Senin (22/4).

Penurunan konsumsi listrik sendiri sebenarnya tidak sesuai prediksi dan penggunaan listrik lebih tinggi dari perkiraan. Namun, PLN dengan mitigasi yang  sudah dipersiapkan bisa mengantisipasi, sehingga tidak ada kendala pasokan listrik saat pemilu.

‎”Kami prediksi beban tanggal 17 April sekitar 16.000 MW, ternyata realisasinya sekitar 17.000 MW. Beban malam kami prediksi 22.000 MW, tapi realisasinya hanya 21.000 MW. Jadi ada sedikit perbedaan, tapi Alhamdulillah tidak ada perbedaan yang besar. sehingga PLN bisa mengantisipasi semuanya,” ungkap Haryanto.

Salah satu faktor utama yang menyebabkan penurunan konsumsi listrik di Jawa-Bali adalah berkurangnya akti‎vitas industri dan bisnis. Untuk mengantisipasi penurunan konsumsi listrik, PLN tidak mengoperasikan beberapa pembangkit.

Menurut Haryanto, saat ini konsumsi listrik belum kembali normal, ‎masih kurang 1.000 MW dari kondisi normal. Namun PLN optimistis konsumsi listrik meningkat, seiring dengan aktivitas industri dan bisnis yang sudah mulai normal pasca pemilu.

“Saat ini masih belum normal, masih turun sekitar 1.000 MW. Kami harapkan setelah minggu ini akan recovery, semua akan berjalan dengan normal kembali, pabrik, kantor akan bekerja normal,” kata Haryanto.(RI)