Risna Resnawaty, Pakar CSR dan Ketua Progam Studi Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP Unpad. (foto: ist/Dunia-Energi)

JAKARTA– Pelaksanaan program tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility) PT Pertamina EP, anak usaha PT Pertamina (Persero) di sektor hulu migas, khususnya yang telah mendapatkan PROPER Emas pada 2018, terlihat memiliki program unggulan pada setiap bidang kegiatan CSR.

“Ini merupakan modal besar bagi peraihan PROPER pada 2019. Program yang unggul dengan pengelolaan yang baik pada setiap bidang kegiatan memberikan peluang pencapaian nilai yang baik pada indikator penilaian PROPER,” ujar Risna Resnawaty, Pakar CSR dari Universitas Padjadjaran, Bandung kepada Dunia-Energi saat dihubungi  Rabu (23/1) malam.

Risna mencontohkan program CSR di Pertamina EP Asset 2 Subang Fied di Karawang-Subang, Jawa Barat, fokus pada semua dimensi: ekonomi, sosial, dan kesehatan. Semua bidang kegiatan digarap dengan baik yang memenuhi indikator: kebermanfaatan, keberlanjutan bagi masyarakat.

“Demikian juga pada pelaksanaan program CSR di Pertamina EP Asset 1 Rantau Field di Aceh Tamiang, Nanggroe Aceh Darussalam; Pertamina EP Asset 2 Tambun Field di Bekasi-Karawang, Jawa Barat; dan Pertamina EP Asset 5 Tarakan Field di Kalimantan Utara,” ujarnya.

Nanang Abdul Manaf, Presiden Direktur Pertamina EP, sebelumnya mengatakan manajemen Pertamina EP memproyeksikan dapat mempertahankan capaian empat PROPER Emas yang diraih pada 2018, bahkan bila perlu meningkatkannya. Empat PROPER Emas yang diraih tahun lalu dari Dewan PROPER dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) itu adalah Rantau Field, Tambun Field, Subang Field, dan Tarakan Field. Peramina EP ingin Rantau Field dapat meraih PROPER Emas untuk kelima kalinya, Tarakan Field ketiga kali, Subang Field ketiga kali, dan Tambun Field kedua kali. “Untuk field-field lain manajemen Pertamina EP mendorong untuk dapat meraih PROPER Emas,” ujarnya.

Untuk mempertahankan empat PROPER Emas yang diraih tahun lalu, manajemen Pertamina EP menyiakan empat skenario, yaitu tetap menjalankan komitmen manajemen dalam mengelola lingkungan dan masyarakat sesuai dengan ketentuan dan norma yang berlaku. Berikutnya, meningkatkan kerjasama dan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang melaksanakan program di seluruh lapangan. Selain itu, terus melakukan inovasi yang memberikan pembaharuan dan gagasan baru yang bermanfaat bagi masyarakat, lingkungan, dan perusahaan. “Terakhir, kami, berkolaborasi dengan seluruh pemangku kepentingan, khususnya masyarakat dalam menjalankan program-program agar terus berkelanjutan,” kata Nanang.

.

Panen rumput laut warga binaan Pertamina EP Asset 2 Tambun Field di Desa Pantai Harapan, Muara Gembong, Bekasi. (foto: A Tatan Rustandi/Dunia-Energi)

Pada 2018, Pertamina EP mengeluarkan dana CSR hampir Rp35 miliar. Namun, untuk pelaksanaan program CSR tahun ini, hingga saat ini belum diperoleh informasi berapa total yang dianggarakan perusahaan.

Terkait penggunaan dana CSR Pertamina EP, Risna Resnawaty mengatakan, untuk mengetahui apakah realisasi penggunaan dana CSR telah baik harus perlu dibandingkan dengan berapa besaran dana yang dulu pernah direncanakan pada awal tahun. “Apakah realisasi lebih besar atau lebih kecil dari yang direncanakan? Jika lebih besar ada kemungkinan banyak biaya tak terduga yang menjadi biaya (cost) bagi pelaksanaan CSR,” katanya.

Sebaliknya, lanjut risna, jika lebih kecil kemungkinannya ada program CSR yang tidak dapat dijalankan. Evaluasi internal mengenai perencanaan versus realisasi penggunaan dana ini tentu telah dilakukan oleh Pertamina EP.

“Mengenai berapa persen kenaikan dana CSR, hal ini berbanding dengan besarnya laba bersih yang didapatkan oleh Pertamina EP, juga terkait dengan ketentuan perusahaan mengenai pelaksanaan CSR. Di satu sisi dana CSR yang besar itu sebenarnya belum tentu baik, jika dalam penggunaannya tidak efektif, efisien, tidak memberdayakan, dan menimbulkan ketergantungan,” ujar doktor Ilmu Kesejahteraan Sosial dari Universitas Indonesia itu.

Risna mengakui, untuk mempertahankan empat PROPER Emas masih tetap diperlukan kerja keras dan program-program yang inovatif. Namun untuk progam CSR yang baik kunci utamanya tetap pada kebermanfaatan dan keberlanjutan program tersebut bagi peningkatan kualitas hidup masyarakat.

“Jika ingin bertambah tentu syaratnya setiap field memiliki pengelolaan CSR yang unggul pada setiap bidang kegiatan. Jika manfaatnya sudah terasa oleh masyarakat, terbukti secara kualitatif dan kuantitatif, PROPER Emas akan berada di genggaman,” kata Ketua Program Studi Kesejahteraan Sosial FISIP Unpad.

Risna menilai, keberhasilan Pertamina EP meraih rekor tertinggi dengan capaian empat PROPER emas ditopang oleh kebijakan manajemen Pertamina EP yang mendukung, SDM pelaksana yang memadai, serta program yang inovatif dan bermanfaat. “Untuk tahun ini sangat kelihatan Pertamina EP unggul dan tidak terbantahkan pada tiga hal tersebut,” katanya. (DR)