JAKARTA – Pemerintah berkomitmen untuk mengurangi emisi karbon melalui ratifikasi Paris Agreement. Apalagi dengan sumber daya yang dimiliki, Indonesia memiliki semua potensi energi terbarukan, seperti surya, air, angin, panas bumi dan bioenergi. Indonesia dengan segala kekayaan alamnya bahkan memiliki potensi energi terbarukan yang cukup besar, hingga 417,8 Gigawatt (GW).

Namun sayang potensi tersebut belum dimanfaatkan secara maksimal. Pemanfaatan bauran energi terbarukan baru mencapai 10% pada 2020 dan masih memerlukan tantangan besar untuk mencapai target KEN 23% pada 2025. Untuk itu, diperlukan akselerasi dalam pemanfaatan energi terbarukan di Indonesia dalam upaya mengantisipasi krisis ekonomi dan krisis energi yang akan datang.

Negara-negara di dunia juga sedang berlomba-lomba dalam mengembangkan energi terbarukan. Pemanfaatan energi terbarukan telah mendorong percepatan investasi untuk pemulihan ekonomi yang mengedepankan pembangunan berkelanjutan di sektor energi. Transisi ke energi bersih bukan lagi menjadi suatu pilihan tapi kewajiban untuk melepas ketergantungan dengan energi fosil, mengingat semakin menipisnya cadangan minyak dunia dan sumber energi fosil lainnya.

Masih kurangnya pemanfaatan dan sosialisasi mengenai penggunaan energi terbarukan membuat target KEN butuh partisipasi dari berbagai pihak.

Arifin Tasrif, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengatakan Indonesia berkomitmen untuk menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) melalui ratifikasi Paris Agreement. Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 29% pada tahun 2030 dengan kemampuan sendiri dan 41% dengan bantuan internasional. Di tahun 2020 realisasi Nationally Determined Contribution sektor energi mencapai 64,4 juta ton CO² menunjukkan penurunan yang signifikan melalui pelaksanaan pengembangan EBT, efisiensi energi, pemanfaatan bahan bakar rendah karbon, penerapan teknologi energi bersih di pembangkit listrik dan reklamasi lahan bekas tambang.

Pemerintah Indonesia saat ini juga sedang menyusun Grand Strategy Energy National (GSEN) dengan visi mewujudkan ketahanan dan kemandirian energi nasional. Dalam rancangan GSEN diharapkan kontribusi pengurangan emisi CO² untuk energi dapat mencapai 377 juta ton pada 2035 melalui mitigasi, penyediaan listrik melalui pembangkit EBT, penerapan efisiensi energi, penggunaan bahan bakar nabati, implementasi co-firing biomassa untuk mengurangi konsumsi batu bara di PLTU, pemanfaatan kendaraan listrik, transisi menuju bahan bakar rendah karbon, dan teknologi energi bersih.

“Untuk mewujudkan energi bersih, pemerintah tidak dapat bekerja sendiri. Untuk itu kami membutuhkan partisipasi dan dukungan dari swasta, asosiasi, akademisi, serta kerjasama dengan organisasi nasional dan internasional,” ujar Arifin Tasrif, dalam acara launching ‘The Virtual 10th Indonesia EBTKE ConEx 2021, Jumat (9/4).

Surya Darma, Ketua Umum Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI), mendukung komitmen pemerintah untuk memberikan perhatian dan dorongan pada sektor energi terbarukan ini. Untuk itu, melalui Indonesia EBTKE ConEx dapat mengajak para stakeholders yang terlibat untuk mendorong percepatan pemanfaatan energi terbarukan di Indonesia.

“Di tengah pandemi yang masih melanda, ajang ini menyediakan platform yang efektif dan efisien untuk para pelaku industri dan professional bertemu,” ujar Surya Darma.

Penyelenggaraan Virtual Indonesia EBTKE ConEx 2021 akan kembali menghadirkan virtual opening ceremony, virtual conference, virtual training, virtual expo, virtual field trip, virtual business presentation/stage performance, virtual local government forum, virtual business matching, dan virtual closing ceremony. Selain itu, ajang ini juga menghadirkan summit dan/atau local government Forum untuk menggerakkan pengembangan energi terbarukan di Indonesia.

Beberapa gambaran topik yang akan dibahas di forum ini antara lain konferensi membahas aspek kebijakan, skenario menghadapi zero emission, dan beberapa lesson learn dari Kawasan Asia Pasific, Eropa, Afrika, Timur Tengah, dan Amerika. Dalam forum ini juga ada pertemuan dan diskusi antara pemain industri, praktisi dengan pemerintah dalam menyikapi transisi dan menyusun skenario menuju zero emisi karbon di tahun 2050. Untuk menyukseskan acara ini, METI telah mengajak dan menunjuk Dyandra Promosindo sebagai co-organizer untuk mendukung terselenggaranya acara ini.(RA)