JAKARTA – PT Pamapersada Nusantara,  bagian dari Astra Heavy Equipment Mining Construction & Energy (AHEMCE) ini melalui anak usahanya, PT Energia Prima Nusantara (EPN), makin serius terjun ke bisnis Energi Baru Terbarukan (EBT).

Ari Sutrisno, Direktur PAMA mengungkapkan komitmen untuk terjun ke bisnis EBT ini merupakan bagian dari upaya perusahaan untuk menekan emisi di sektor pertambangan.

Pengembangan bisnis EBT ini merupakan salah satu dari strategi yang dijalankan manajemen yang concern terhadap lingkungan.

“Pertama melakukan adjustment, kembangkan portofolio business rendah emisi, ke arah mineral ke EBT, kembangkan portofolio bisnis EBT seperti geothermal cell surya dan lainnya,” kata Ari dalam media gathering PAMA Group di Wonosobo, Selasa (7/5).

Langkah berikutnya adalah penggunaan energy mix melalui bahan bakar nabati atau biodiesel. Dimana semua transportasi dan alat berat sudah mengikuti aturan pemerintah biodiesel 35%.

“Selanjutnya bagaimana melakukan efisiensi penggunaan energi. Banyak dilakukan operasikan alat desain tambang yang bisa kurangi pemakaian energi,” ungkap Ari.

Sementara itu, Boy Gemino Kalauserang, Direktur Energia Prima Nusantara (EPN), menjelaskan saat ini EPM tengah fokus kembangkan beberapa potensi EBT seperti Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), Pembangkit Listrik Tenaga Hidro (PLTMH), Geothermal atau panas bumi serta mulai menginisiasi waste to energy atau pengelolaan sampah untuk dikonversi menjadi energi.

Dia menceritakan sejak 2018 fokus aktif transisi energi. Saat ini EPN sudah memiliki beberapa anak perusahaan yang mengelola langsung beberapa pembangkit listrik berbasis EBT.

“Tahun 2022 EPM akuisisi perusahaan PLTMH, tahun lalu akhir 2023 penyertaan modal di geothermal Supreme Energy di WKP Rantau Dedep. Lalu ada perubahan baru 2024 Jabar Environmental Solutions entitas pengembangan di bidang waste to energy. Konversi sampah menjadi energi listrik akan dikembangkan di jawa barat,” ungkap Boy.

Untuk saat ini EPN sudah bangun PLTS dengan kapasitas 17,8 Mwp tersebar di Jabodetabek. “Kita fokus di area komersial dan Industri,” ujar Boy.

Tahun ini rencananya akan ada penambahan lagi PLTS dengan kapasitas 15 MWp. Kemudian PLTMH dengan kapasitas 39,8 MW operating asset PLTMH itu tersebar. Lalu panas bumi dengan asset berkapasitas 91,2 MW yang dioperasikan Supreme Rantau Dedep. Kemudian ada juga PLTU batu bara kapasitas 2×15 MW untuk support aktifitas tambang di Kalimantan Tengah, dan juga operasikan PLTU Tanjung Jati 2×1000 MW.

“Untuk waste to energy, dari 6 kebupaten akan suplai sampah di wilayah Legok Nangka akan kita proses dengan pembakaran energy steam dikonversi jadi listrik, kapasitas 30-35 MW,” ungkap Boy. (RI)