JAKARTA- PT PLN (Persero), badan usaha milik negara di sektor ketenagalistrikan, berupaya meningkatkan bauran energi baru terbarukan,salah satunya melalui pengembangan pembangkit istrik tenaga panas bumi (PLTP) berkapasitas total 95 megawatt (MW). PLTP yang akan dikembangkan terdiri atas PLTP Tulehu, Maluku berkapasitas terpasang 20 MW, PLTP Tangkuban Parahu di Jawa Barat berkapasitas terpasang 20 MW, dan PLTP Ungaran di Jawa Tengah berkapasitas terpasang 55 MW.

“Saat ini (tiga PLTP) tersebut dalam proses lelang,” ujar Gregorius Adi Trianto, Executive Vice President Komunikasi Korporat PLN, menjawab Dunia Energi, Senin (13/5).

Greg mengungkapkan,lelang yang dilakukan merupakan international competitive bidding (ICB) sehingga terbuka untuk mitra local maupun global. Investasi proyek untuk total kapasitas tiga proyek tersebut diproyeksikan mencapai US$ 620 juta atau sekitar Rp9,9 triliun (kurs Rp16.000 per dolar AS).

Pada fase eksplorasi,lanjut Greg, mitra akan bertanggungjawab terhadap kegiatan pengeboran,termasuk risiko yang ada. Sementara PLN, dalam proses eksplorasi terlibat dari sisi perizinan, pengadaan tanah,dan konstruksi infrastruktur pendukung pengeboran termasuk mengelola risiko terkait isu sosial.

Greg menambahkan, pada fase eksploitasi, mitra bersama PLN Grup akan mengembangkan dan mengoperasikan pembangkit. “Proyek ditargetkan dapat menghasilkan listrik mulai 2030,” ujarnya.

Hingga akhir 2023, kapaasitas terpasang PLTP di Indonesia mencapai 2.417 MW, atau bertambah 57,4 MW dari 2022. Indonesia saat ini menduduki peringkat kedua di dunia dibawah Amerika Serikat sebesar 3.794 MW. Di Kawasan Asia Pasifik, Indonesia berada di peringkat pertama menyusul kemudian Filipina sebanyak 1.935 MW dan Selandia Baru 1.037 MW. Total potensi panas bumi Indonesia mencapai 23.700 MW.

Kitty Andhora, Sekretaris Perusahaan PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO),  mengaku belum mengetahui informasi lelang tiga potensi PLTP oleh PLN. Menurut Kitty, perusahaan saat ini fokus dalam pengembangan co-generation.  (DR)