BANDUNG – PT Pertamina Hulu Energi (PHE) mencatatkan kinerja penyelesaian pengeboran 3 sumur eksplorasi, 163 sumur pengembangan, 219 workover dan 8.323 well services hingga Maret 2024. Selain itu, PHE juga mencatatkan survei Seismik 2D sepanjang 12 km dan 3D sepanjang 2.602 km2. Dalam bidang eksplorasi, PHE mencapai total temuan sumber daya 2C sebesar 140 juta barel setara minyak  (MMBOE).

Kali ini PHE melalui Fungsi New Venture, berupaya mengembangkan potensi eksplorasi untuk geologic hydrogen di wilayah Timur Indonesia. Berkolaborasi dengan Fakultas Teknologi Eksplorasi dan Produksi Universitas Pertamina, dan bekerja sama dengan pihak Pusat Survei Geologi, Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber daya Mineral (KESDM), PHE memulai untuk penerapan studi G&G potensi geologic hydrogen di East Sulawesi Ophiolite melalui tahapan kick off meeting untuk studi eksplorasi geologic hydrogen atau dikenal dengan natural hydrogen, di Sulawesi Opholite.

Dalam kesempatan ini turut hadir Vice President New Venture PHE, Bintoro Wibowo, Prof. Dr. Ir. Eddy Ariyono Subroto dari pihak Universitas Pertamina, serta dari pihak Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral (KESDM).

Studi G&G potensi geologic hydrogen ini dilatarbelakangi oleh PHE dalam menyiapkan “eksplorasi energi bersih” yang didukung oleh penelitian terbaru dari Pusat Survei Geologi (PSG) di area East Sulawesi Ophilite yang berhasil mengidentifikasi adanya geologic hydrogen, melalui gas seepage Tanjung Api dan Hot Spring Bahodopi di jalur Sesar Matano.

Studi ini juga merupakan bentuk dukungan visi dan misi PHE dan roadmap perusahaan terkait Reduksi Emisi  pada 2025 – 2034, serta kebijakan keberlanjutan (sustainability policy) PHE untuk menjadi perusahaan ramah lingkungan (enviromentally friendly) yang menyediakan akses energi dan mendukung energi hijau untuk mendukung agenda transisi iklim nasional.

Bintoro mengungkapkan bahwa eksplorasi untuk menemukan geologic/natural hydrogen ini akan menjadi salah satu harapan dari Pertamina sebagai greener and cleaner energy, dan Pertamina menyambut adanya research ataupun peluang atau kerja sama dengan semua pihak, terutama dari pihak akademisi, peneliti, maupun dari pihak stakeholder lainnya.

“Kami  bicara bahwa kedepan, ini akan menjadi energi unggulan untuk dunia menuju dekade geologic hydrogen dan net zero emission. Kami  memberikan kepercayaan kepada Universitas Pertamina untuk memimpin studi yang pertama akan  lakukan di PHE untuk melihat potensi geologic hydrogen dan ini melibatkan banyak sekali keilmuan, mulai dari mapping geologi, survey, pengambilan data geokimia, pengambilan data geofisika, yang sangat kompleks dan lengkap,” jelas Bintoro.

Ruly Setiawan, Peneliti dari Pusat Survei geologi Badan Geologi KESDM, menyatakan pihaknya menyambut baik inisiasi pertamina yang mencoba mengungkap potensi geologic hydrogen ini di Indonesia.

Beberapa waktu lalu pemerintah kata dia bersama rekan-rekan PHE secara intensif membahas bagaimana rencana untuk mengungkap geologic hydrogen atau natural hydrogen khususnya di Kawasan Sulawesi.

“Jadi ini semacam keberuntungan, karena selama ini mungkin kita tidak terlalu fokus pada potensi geologic hydrogen ini, mudah-mudahan Kedepannya cukup menjanjikan. Kita bisa saling kolaborasi, sehingga kita bisa berperan di porsinya masing-masing. Kami dari sisi pemerintah sesuai tugas dan fungsi kami, menyiapkan data terkait eksplorasi geologic hydrogen maupun kegiatan hulu migas lainnya,” ungkap Ruly.

Muharram Jaya Panguriseng, Direktur Eksplorasi PHE, menegaskan bahwa PHE melalui motto “Explore the Potential” mencoba menelaah potensi Hydrogen untuk memastikan PHE selalu mengawal ketahanan energi nasional.

Dia menuturkan ketahanan energi itu sesuatu yang sangat penting, salah satu kunci ketahanan kita adalah langsung menjadi produsen energi.

“Strategi juga harus kita mainkan, pemahaman mengenai geopolitik harus kita pahami untuk bisa menata bisnis kita, sehingga bisnis kita berkelanjutan. Mengacu pada hal tersebut, NZE adalah mutlak, dan hidrogen adalah salah satu jawaban yang menarik di masa depan. Ini adalah tantangan bagi kita semua. Oleh sebab itu, saya harap kita melakukan langkah-langkah pasti untuk bisa memulai eksplorasi Hydrogen,” tegas Muharram.

Dalam paparannya, Peneliti Ahli Utama, Periset Teknologi Hidrogen Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Dr Eng. Deni Shidqi Khaerudini mengatakan bahwa Geologic Hydrogen merupakan sumber hydrogen yang berasal dari bawah permukaan bumi dan tersimpan di dalam batuan.

“Ada 4 jenis geologic hydrogen yaitu White/natural Hydrogen, Gold Hydrogen, Orange Hydrogen dan aqua hydrogen. Semua jenis geologic hydrogen tersebut erat kaitannya dengan geologi dan memerlukan pemahaman batuan dan pengetahuan geologi untuk dapat melakukan Eksplorasi dan eksploitasi. Dan PHE dengan kemampuan dan pengalaman dalam eksplorasi migasnya, tentunya dapat melakukan eksplorasi geologic hydrogen ini di indonesia bahkan di luar negeri,” jelas Deni. (RI)