JAKARTA – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir meminta PT PLN (Persero) tidak lagi menunda dan berlama-lama melakukan transisi energi untuk penggunaan pembangkit listrik. PLN diminta segera merealisasikan penggunaan pembangkit Energi Baru Terbarukan (EBT) dalam memproduksi listrik.

Erick menuturkan jangan sampai produk-produk buatan Indonesia tidak diterima negara lain akibat menggunakan listrik berbasis fosil yang dianggap kotor lantaran memberikan dampak kerusakan pada lingkungan.

“PLN mendukung produksi basis industri di Indonesia, tapi kalau tetap produksi listrik yang enggak ramah lingkungan maka hasil produksi (industri) negara kita mungkin juga enggak bisa diterima negara lain,” kata Erick di Jakarta, Kamis (12/8)

Erick meminta PLN merealisasikan rencana yang telah dirumuskan menuju net zero emission atau bebas karon pada 2060. Salah satu kunci utama menuju target itu adalah yaitu dengan mendorong pengembangan pembangkit EBT untuk gantikan pembangkit fossil.

Dalam rencana tersebut PLN berupaya mengurangi pembangkit fosil terutama Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Pada 2022 PLN tidak lagi menerima kontrak PLTU baru, kecuali yang telah masuk masa konstruksi atau telah menandatangani kontrak jual beli listrik (PPA).

Erick mengatakan dalam peta jalan yang telah dibuat, 19 tahun pertama menuju 2060 sejak 2025 PLN akan mengganti pembangkit fosilnya dengan kapasitas 21 gigawatt (GW). Kemudian 15 tahun selanjutnya yakni sebesar 29 GW.

“Sekarang kita transformasi dunia dan masyarakat hidup lebih sehat. PLN masuk ke EBT. Ini nggak bisa terelakan. Kita nggak mungkin jalan sendirian. Hasil produksi kita, listriknya ini harus berbasis green economy. PLN mendukung basis industri Indonesia kedepan,” kata Erick.(RI)