JAKARTA – Belum diumumkannya laporan keuangan 2018 PT Pertamina (Persero) hingga saat ini memicu dugaan laporan keuangan tersebut bermasalah. Salah satu kemungkinan tertundanya rilis laporan keuangan Pertamina adalah ada problem sistem akuntansi negara dengan Pertamina saat melampaui batas waktu tahun anggaran.

Yusri Usman, Direktur Eksekutif Center of Energy and Resources, mengatakan ada sekitar 35% dari total dana subsidi US$1,3 miliar baru selesai diverifikasi Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

Sisa dana subsidi yang baru lolos verifikasi BPK tersebut tidak bisa langsung dicatat dalam buku laba Pertamina, karena belum dianggarkan Menteri Keuangan di dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Jika belum dianggarkan dalam APBN, Kementerian Keuangan belum bisa atau tidak ada dasarnya untuk membayar ke Pertamina saat ini.

“Sehingga, dari sistem akuntansi negara belum bisa dicatatkan sebagai laba Pertamina tahun 2018, tetapi di carry over menjadi laba tahun 2019,” ungkap Yusri, Rabu (20/3).

Kemungkinan lain, kata Yusri, direksi Pertamina saat ini masih berburu persetujuan dari Direktur Jenderal Anggaran Kemenkeu agar potensi dana subsidi yang baru lolos verifikasi BPK bisa dicatatkan sebagai laba Pertamina 2018, tanpa harus menunggu dicatat dalam APBN Perubahan 2019.

“Apakah terjadi perselingkuhan sistem akuntansi dalam laporan Keuangan Pertamina,” kata Yusri.

Nicke Widyawati, Direktur Utama Pertamina, sebelumnya menepis sinyalamen bahwa laporan keuangan Pertamina tahun lalu negatif. Pendapatan Pertamina diklaim naik dari US$42,5 miliar pada 2017 menjadi US$ 56 miliar pada 2018.

“Laba 2018 diatas US$2 miliar. Kalau ada yang mengatakan Pertamina rugi, itu bohong besar. Jadi dari sisi pendapatan, aset, semua meningkat,” kata Nicke.

Merujuk pada pernyataan Nicke, realisasi pendapatan Pertamina tahun lalu tercatat tertinggi dalam tiga tahun terakhir. Sayang, peningkatan laba tersebut tidak diikuti dengan peningkatan laba bersih. Laba bersih tahun lalu merupakan yang terendah sejak 2016. Pada 2016, Pertamina meraih pendapatan US$39,81 miliar dan laba bersih US$ 3,15 miliar. Setahun kemudian, pendapatan naik menjadi US$46 miliar, namun laba bersih turun menjadi US$2,41 miliar.(RA)