JAKARTA – Pemerintah Indonesia sampai saat ini terus berupa memperbaiki iklim investasi hulu migas sebagai salah satu sektor yang menunjang pemasukan negara dari hasil produksi migas maupun perpajakannya. Namun apa yang sudah dilakukan pemerintah saat ini dinilai belum tepat dan tidak akan berdampak signifikan.

John H Simamora, Direktur Utama Elnusa sekaligus Ketua Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia (IATMI), menegaskan kunci perbaikan investasi hulu migas Indonesia ada di Kementerian Keuangan. Dia mengakui Kementerian Keuangan sebagai bendahara negara harus menjaga pos-pos penerimaan negara namun pos-pos tersebut tidak akan optimal tidak ada aktifitas kegiatan produksi migas.

“Fiskal kurang menyentuh, bareng-bareng kita pergi ke Kemenkeu. Kemenkeu memang menjaga penghasilan negara, tapi bagaimana mau jaga kalau nggak ada aktifitas,” kata John disela diskusi virtual, Rabu (13/4).

Menurut John pajak sekarang jadi pos penerimaan utama negara. Sementara pajak migas merupakan salah satu sektor yang jadi kontributor pajak terbesar. Para pelaku usaha bisa membayar pajak karena ada kegiatan operasi produksi. Kegiatan operasi produksi bisa berlangsung lantaran sesuai keekonomian yang ditunjang oleh insentif dari pemerintah.

“Tadi bisa dilihat pajak migas masih tinggi kontribusinya. Oleh sebab itu kan harus beraktifitas. Tapi kalau jaga penerimaan negara tapi pajak ngga dapat nanti gimana,” ungkap John.

Perbaikan fiskal menurut John juga sangat dinantikan sebenarnya oleh para kontraktor asing. Menurut dia kemampuan perusahaan dalam negeri masih cukup terbatas terutama jika menyinggung kesiapan untuk menanggug risiko usaha. Menurutnya perusahaan asing masih sanggup terus beroperasi dan mencari cadangan migas jika memang menelan kerugian karena gagal dalam pemboran satu hingga lima delapan sumur.

“Kemampuan dalam negeri nggak mampu menanggung risiko. Karpet merah harus nyata. Endurance (daya tahan) kita di Indonesia sebagai company belum bisa. Satu sumur gagal rugi US$20 juta sampai US$50 juta dollar kalau sampai 9 sumur gagal, sudah bangkrut duluan perusahaan,” jelas John. (RI)