JAKARTA – Pemerintah akan menggencarkan rencana ekspor listrik seiring kondisi over supply atau kelebihan daya listrik di dalam negeri.

Rida Mulyana, Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengatakan untuk bisa melakukan ekspor listrik tantangan terbesarnya adalah ketersediaan infrastruktur.

“Transmisi antar provinsi, pulau. Itu jadi keharusan. Jadi tidak perlu bangun pembangkit baru. Termasuk di dalamnya, listrik dari kita bisa di ekspor ke luar negeri, seperti di Serawak yang saya sampaikan atau ke Singapura. Itu perlu transmisi lagi,” kata Rida disela konferensi pers virtual, Rabu (13/1).

Peluang Indonesia untuk bisa mengekspor listrik ke beberapa negara tetangga sangat terbuka. Apalagi telah ada kesepakatan negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) yang menjadi payung rencana tersebut.

“Kebetulan kita ada kerjasama yaitu ASEAN power grid, sudah berjalan di Singapura yang dari Laos. Kenapa tidak beli dari Indonesia yang lebih dekat. Itu dijajaki. Tapi lagi-lagi transmisinya,” ungkap Rida.

Untuk itu Kementerian ESDM akan membuka pintu bagi swasta untuk ikut terlibat dalam pembangunan transmisi listrik. Selama ini haru diakui transmisi listrik hanya dibangun PT PLN (Persero). Kemampuan PLN terutama dari sisi keuangan yang terbatas membuat progres penyediaan transmisi listrik terkesan lambat.

“Untuk itulah Pak Menteri sampaikan, karena keterbatasan PLN atau anggaran PLN maka kemudian kenapa tidak dibuka untuk swasta bangun transmisi. Untuk mempercepat, lagi revisi, susun kebijakan untuk swasta bisa masuk ke transmisi. Mudah mudahan bisa cepat direalisasikan,” kata Rida.

Pemerintah akan melelang empat ruas jaringan transmisi listrik yang masuk dalam rencana pembangunan transmisi 2021-2027 dengan total nilai investasi mencapai US$3,1 miliar. Pemerintah menargetkan interkoneksi jaringan listrik di Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi Selatan dapat terealisasi pada 2024.

Hingga 2027, total ada 17 ruas transmisi listrik yang ditargetkan bisa terbangun dengan total kebutuhan dana investasi mencapai US$10,8 miliar. Dengan besarnya kebutuhan investasi tersebut, beberapa ruas jaringan transmisi listrik akan dilelang.

Dalam data DEN, empat ruas transmisi yang akan ditawarkan ke perusahaan swasta, yakni Transmisi Medan Barat-Pangkalan Susu-Arun-Sigli sepanjang 862 kilometer sirkuit (kms). Kemudian ada ruas Perawang-Rantau Prapat-Galang 1.000 kms. Interkoneksi Sumatera-Jawa 504 kms,dan Wot-Bungku-Andowia-Kendari 715 kms.

Sementara itu 12 ruas transmisi listrik masih akan dibangun PLN, masuk menjadi proyek prioritas dan terbagi dalam dua interkoneksi dengan total kebutuhan dana investasi sebesar US$3,6 miliar.

Interkoneksi pertama adalah Sumatera dan Jawa-Madura-Bali mencakup transmisi 150 kilovolt (kV) di Sumatera-Bangka (2021), Sumatera-Bengkalis (2023), dan Sumatera-Selat Panjang-Tanjung Balai Karimun (2023), serta transmisi 500 kV dikoridor utara Jawa (2021) dan Jawa-Bali (2024).

Selanjutnya, interkoneksi Kalimantan-Sulawesi, Maluku, dan Papua terdiri dari 7 ruastransmisi listrik. Rincinya, transmisi 150 kV di Muna-Buton (2022), KalimantanBarat-Kalimantan Selatan Tengah Timur (2023), dan Sulawesi Tengah-Gorontalo(2023), transmisi 150 kV dan 70 kV di Nusa Tenggara, Maluku dan Maluku Utara, serta Papua dan Papua Barat, dan transmisi 500 kV di Kalimantan Timur-Kalimantan Utara (2027). Lalu ada transmisi Nusa Tenggara-Paiton sepanjang 923 kms dengan kebutuhan investasi mencapai US$ 4,1 miliar.(RI)