JAKARTA – Harga minyak diperkirakan masih berpotensi terus tertekan seiring peningkatan pasokan global dan sinyal perlambatan permintaan yang mengkhawatirkan. Harga minyak West Texas Intermediate (WTI), patokan Amerika Serikat, akan mencoba level baru jika bisa menembus US$53 per barel.

Lukman Otunuga, Research Analysist FXTM, mengatakan walaupun harga minyak belum lama ini sedikit menguat karena spekulasi pemangkasan produksi OPEC sekitar satu juta hingga 1,4 juta barel per hari (bph) di Desember 2018, namun kenaikan tersebut terbatas karena produksi minyak serpih AS dan kekhawatiran mengenai perlambatan pertumbuhan global.

“Karena pasokan global kembali meningkat dan lebih besar dari permintaan, faktor fundamental condong ke penurunan harga minyak,” ujar Lukman, Rabu (21/11).

Menurut Lukman dalam keterangan tertulisnya, pada grafik teknikal, harga minyak sangat bearish di rentang waktu harian. Penutupan harga WTI harian dan mingguan yang tegas di bawah US$55 dapat memicu pergerakan menuju US$53,20 per barel.

Pada akhir perdagangan Selasa atau Rabu (21/11) pagi WIB, minyak mentah WTI untuk pengiriman Januari, turun US$3,33 menjadi US$53,43 per barel di New York Mercantile Exchange.

Demikian pula minyak mentah Brent, patokan global, untuk pengiriman Januari, anjlok US$4,26 menjadi US$62,53 per barel di London ICE Futures Exchange.(AT)