JAKARTA – PT Medco Energi Internasional (MEDC) masih memprioritaskan bisnisnya di sektor migas sebagai salah satu bisnis inti perusahaan. Pada tahun ini perusahaan menyiapkan belanja modal atau Capital Expenditure (Capex) US$215 juta dimana hampir 70% alokasi dana belanja modal tersebut akan diperuntukan untuk bisnis migas.

Salah satu bisnis migas yang akan menjadi fokus adalah rencana pengembangan Blok B South Natuna Sea dimana kegiatan eksplorasi yang dilakukan sepanjang tahun lalu membuahkan hasil positif dengan adanya temuan potensi cadangan migas.

Myrta S. Utami, VP Corporate Planning & Investor Relations Medco Energi, menjelaskan alokasi Capex tahun ini US$215 juta dimana US$150 juta diantaranya untuk migas dan US$65 juta diantaranya diperuntukan untuk power yakni pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Ijen.

Myrta S. Utami, VP Corporate Planning & Investor Relations Medco Energi

Alokasi Capex tahun ini meningkat ketimbang yang disiapkan pada tahun lalu dimana untuk bisnis migas mendapatkan porsi capex sebesar US$144 juta.

“US$150 juta banyak fokus di Natuna blok B,” kata Myrta disela paparan company update disela gelaran Indonesia Petroleum Association (IPA) Convex 2021 secara virtual, Rabu (1/9).

Blok B memang wajar dijadikan sebagai fokus bisnis di sektor migas, lantaran tahun lalu pengeboran eksplorasi yang dilakukan Medco sukses menemukan adanya potensi sumber daya migas. Pengeboran eksplorasi dilakukan di sumur West Belut-1, Sumur Bronang-2, Kaci-2 dan Terubuk-5.

Sumur Kaci-2 berhasil mengalirkan gas kering berkualitas tinggi dengan hasil uji sebesar 13 juta kaki kubik per hari (mmscfd) dari 2 zona DST. Medco juga berhasil merampungkan pengeboran sumur eksplorasi Bronang-2 dengan total hasil uji alir sebesar 45 mmscfd dari 4 zona DST.

Tambahan sumber daya migas juga berhasil ditemukan melalui pengeboran sumur eksplorasi Terubuk-5. Dari ketiga hasil interval well testing, Sumur Deliniasi Terubuk-5 terbukti mengalirkan total gas sebesar 33 mmscfd serta total minyak dan kondensat sebesar 3.300 barel per hari (bph) dari 3 zona DST.

“Jadi memang salah satu akitifitas yang kita lihat penemuan di Natuna ada empat kegiatan eksplorasi ditemukan (sumber daya) kita progres bagaimana pengembangan lanjutannya dari Natuna. Karena itu dari alokasi US$150 juta capex migas tahun 2021 ini akan banyak di blok B,” jelas Myrta.

Migas menjadi satu dari tiga bisnis utama Medco. Selain migas bisnis lainnya adalah clean power atau tenaga listrik lalu bisnis tambang tembaga.

Untuk tahun ini target produksi Medco sebesar 95 ribu barel setara minyak per hari (Barrel Oil Equivalent Per Day/BOEPD). Migas masih jadi kontributor utama dalam cash flow perusahaan dimana kontriusinya mencapai 96% terhadap Ebitda Medco sepanjang kuartal I tahun ini.

Myrta menjelaskan meskipun menjadi bisnis inti perusahaan, manajemen tetap menekankan efisiensi terhadap kegiatan operasi produksi. “Kita tetap mempertahankan Cost efficient Operator, dimana realisasinya cash cost US$8,7 per BOE,” ungkap Myrta.

Julius Wiratno, Deputi Operasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas), mengungkapkan Medco memang jadi salah satu Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang cukup agresif dalam kegiatan pencarian cadangan migas maupun kegiatan produksi. Dia berjanji SKK Migas akan turut mendorong percepatan berbagai proses yang harus dilalui Medco.

“Medco cukup agresif dan SKK Migas tentu saja mendukung sepenuhnya dengan fasilitasi dan percepatan dan lain sebagainya,” ungkap Julius kepada Dunia Energi.

Dia pun mengingatkan, meskipun agresif Medco juga jangan sampai melupakan efisiensi dalam melakukan pencarian cadangan migas.. “Harus masif, agresif dan efisien,” tegas Julius.

Sukses Garap Proyek Migas

Sejauh ini sudah ada beberapa proyek yang berhasil dieksekusi baik dari sisi biaya maupun waktu. Misalnya Blok A Aceh telah berproduksi sejak tahun 2018 dengan pendanaan dari 15 bank internasional. Saat ini sedang dipersiapkan pengembangan fase 3 dengan potensi mencapai 5 Triliun Cubic Feet (TCF) yang diharapkan gasnya nanti bisa memasok kebutuhan pembangkit listrik dan industri.

Kemudian ada proyek gas di blok Senoro-Toili dimana hasilnya langsung diekspor ke Jepang dan Korea Selatan. Fase 1 pengembangan Senoro-Toili telah menyemburkan gas sejak Juni 2015. Saat ini sedang dilakukan persiapan pengembangan fase 2 dengan adanya tambahan cadangan 2,7 TCF yang rencananya gas akan didistribusikan ke pembangkit listrik dan untuk pengembangan petrokimia.

Kemudian ada blok Meliwis dengan total investasi mencapai US$80juta. Sumur Meliwis ditemukan pada tahun 2016 ketika gas ditemukan dalam formasi Mundu. Lapangan ini dikembangkan melalui platform tak berawak dan pipa bawah laut sepanjang 11 km ke Maleo Platform untuk memasok hingga 20 MMCFD ke industri dalam negeri di Jawa Timur.

Selain di dalam negeri, Medco juga sukses kembangkan aset di luar negeri salah satunya adalah di Block B8/38, Bualuang, Thailand. Ini merupakan blok yang baru diakuisisi Medco dari Ophir beberapa waktu lalu.

“Block B8/38, Bualuang produksi pertama tahun 2008 saat ini tengah dilakukan pengembangan fase 4 yang dimulai pada tahun 2018,” jelas Myrta.

Fase 4 sukses menyelesaikan tiga sumur dan empat kerja ulang sumur serta sukses diselesaikan pembangunan Charlie platform dengan rencana pengeboran 12 sumur baru.