JAKARTA – Bluebird Indonesia menjadi perusahaan transportasi pertama di Indonesia yang mengoperasikan kendaraan bertenaga listrik. Untuk mendatangkan 30 unit mobil, perusahaan harus merogoh kocek tidak sedikit untuk berinvestasi. Adrianto Djokosoetono, Direktur Utama PT Blue Bird Tbk, mengatakan 30 unit mobil listrik didatangkan dari dua negara, untuk armada Silver Bird didatangkan dari Inggris. Untuk armada Blue Bird menggunakan mobil listrik pabrikan China.

“Investasi sekitar Rp40 miliar untuk  pengadaan 30 mobil itu sekalian dengan penyediaan charging station,” kata Adrianto disela peluncuran armada taksi listrik di kantor pusat Bluebird Jakarta, Senin (22/4).

Bluebird berencana mengoperasikan 200 unit mobil listrik hingga 2020. Penambahan armada mobil listrik terus dilakukan hingga 2025 dan ditargetkan mencapai 2.000 unit mobil listrik.

Adrianto mengatakan mobil yang dibeli Bluebird sudah teruji di negara asal, terutama dari sisi keamanan. Apalagi pengadaan mobil listrik Bluebird sudah dikaji oleh divisi research and development Bluebird sejak dua tahun lalu, karena itu teknologi mobil listrik juga tidak main-main.

Armada taksi listrik akan bisa ditemui pada  Mei mendatang. Untuk charging station nantinya armada taksi harus kembali dulu ke kantor pusat. Ada 11 charging station yang sudah disiapkan dengan lama waktu untuk mengisi daya ulang selama 1,5 – 2 jam untuk pengisian baterai sampai penuh.

Selanjutnya armada taksi bisa menempuh jarak sejauh 340 – 380 km. Jarak sejauh itu masih dibawah standar rata-rata jarak tempuh armada taksi Bluebird, sehingga taksi listrik masih sangat aman untuk digunakan di jalanan Jakarta.

Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, mengungkapkan potensi kendaraan listrik di Indonesia sangat terbuka lebar untuk terus dikembangkan. Apalagi Indonesia kaya akan sumber daya alam sebagai komponen utama untuk memproduksi kendaraan listrik maupun baterai listrik, yakni nikel dan kobalt.

Saat ini sedang dibangun pabrik baterai lithium pertama di Indonesia tepatnya di Morowali. “Jadi kami dorong untuk produk dalam negeri. Saya juga bicara kan, materil lithium baterai kan ada di kita. Kobalt dan nikel sudah proses di Morowali,” ujar Luhut.

Kehadiran taksi listrik menjadi semacam sentilan untuk pemerintah karena sebelumnya pemerintah yang aktif menggaungkan pengembangan mobil listrik, tapi tanpa ada tindakan nyata dalam bentuk dukungan dari sisi regulasi yang mengatur percepatan pengadaan kendaraan maupun komponen untuk memproduksi kendaraan listrik yang memang masih cukup mahal.

Luhut mengaku beleid sebagai fondasi percepatan kendaraan listrik sudah siap dan tinggal ditandatangani  presiden. “Kami malah tertinggal di belakang (aturan belum rampung). Hari ini semoga selesai ya. Pokoknya, saya mau hari ini selesai (draf final Perpres),” kata Luhut.(RI)